Kamis, 19 July 2018 12:45 UTC
Ahmad Fatoni Syafii (76 tahun) dan istrinya, Nasifah Sholihah (66 tahun) menjadi calon jamaah haji kelompok terbang (kloter) 8 bersama rombongan lainnya asal Jember
JATIMNET.COM – Nasib baik menyertai kakek-nenek, Ahmad Fatoni, 76 tahun dan Nasifah Sholihah, 66 tahun. Pasangan suami istri ini bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah dengan mendaftar menggunakan uang yang sudah menjamur.
Tak tanggung-tanggung, uang tabungannya diperoleh dari hasil mengajar ngaji. Uang tersebut ditaruh di dalam buku, hingga mencapai Rp 50 juta. Saat menghitung uang, kondisi sudah memprihatinkan karena uang sebanyak Rp 50 juta tersebut dalam keadaan menjamur didalam amplop.
“Jadi setiap punya uang saya masukkan amplop ngumpul sampe 80 amplop. Kalau ngitung langsung, ya jantungen saya,” kata Ahmad Fathoni Syafii, Kamis, 19 Juli 2018.
Syafii menuturkan, dirinya bersama istrinya merupakan abdi dalem Pondok Pesantren (Ponpes) As Shiddiqiyah Jember. Tinggal di rumah kecil yang disediakan pondok. Selain mengabdi, Fatoni juga bekerja sebagai guru ngaji dari rumah ke rumah warga.
Ia tidak pernah menentukan tarif atas jasanya. Sementara istrinya juga berprofesi sebagai guru Taman Kanak-Kanak (TK) milik yayasan pondok pesantren.
Penghasilan kedua pasangan suami istri ini terbilang kecil dan tak menentu. Meski demikian kedua pasangan initak patah arang, mereka menunjukan aktifitas semangat. “Saya mempunyai agenda rutin memberikan sedekah pada janda dan anak yatim setiap tiga bulan sekali, tidak banyak,” ungkap Syafii.
Selain itu, ia juga biasa membantu anak-anak yang hampir putus sekolah karena tidak mempunyai biaya. Kadang ia menebus ijazah, membelikan seragam sekolah, membayar biaya pendaftaran serta melengkapi kekurangan biaya sekolah anak-anak yang membutuhkan.
Bahkan, Syafii mengaku sering meminjamkan uang pada orang yang membutuhkan tanpa mengharap uang tersebut dikembalikan. Jika dihitung uang yang dipinjamkan bisa mencapai Rp 35 juta.
Suatu saat, ujar Syafii, dirinya memiliki niat untuk berangkat haji. Kemudian ia menanyakan kepada Putra Kiai-nya. “Gus, saya ingin haji. Tapi kalau kegiatan saya bisa menjadi putus lebih baik saya tidak jadi berhaji,” ujarnya.
Dengan pertanyaan itu, Putra kiai saat itu pun menyarankan agar ia daftar haji dulu lantas menunggu jawaban Allah. “Allah pasti akan memberian jawaban, baik atau buruk,” jawab Gus salah satu Putra Kiai.
Ia pun lantas pulang ke rumah dan mengajak istrinya masuk kamar. Syafii menyodorkan dua buku tebal dan meminta istrinya menghitung uang yang ia selipkan dibuku. Ditemani anaknya, Nasifah ia menghitung uang tersebut dan terkumpul sejumlah lima puluh juta rupiah.
“Uangnya sudah banyak yang jamuran,” ujar istrinya di hall Zaitun AHES Asrama Haji Sukolilo, Kamis (19/7).
Ahmad Fatoni pun menyerahkan uang tersebut pada istrinya untuk biaya daftar haji berdua.
Baginya, rejeki itu datang dari Allah dan dari arah yang tidak terduga. Karenanya, Fathoni berprinsip untuk selalu bersedekah. Ia mengibaratkan sedekah seperti memancing dengan kail. “Dengan sedekah, rejeki datang tak terduga, berlipat lipat, kadang datangnya bersalipan,” tuturnya.
Untuk menutup biaya hajipun, ia juga mendapatkan dari rejeki yang tidak terduga. Waktu itu, ia punya uang lima puluh ribu pada anak yatim. Tidak lama setelah itu, ada orang yang minta saya datang ke rumahnya. “Saya dikasih amplop berisi Rp 15 juta. Alhamdulillah bisa buat menutup biaya haji,” pungkas dia.
Editor : Arif Ardliyanto
