Logo

Menteri Perdagangan Akui Hindari Perang Dagang

Reporter:,Editor:

Selasa, 26 February 2019 14:21 UTC

Menteri Perdagangan Akui Hindari Perang Dagang

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Foto: Baehaqi Almutoif.

JATIMNET.COM, Surabaya – Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengakui pemerintah sengaja menghindari perang dagang antar negara. Menurut politisi Partai Nasional Demokrat itu, kebijakan menaikkan tarif impor pada suatu titik sangat merugikan.

“Pada dasarnya perang dagang dengan kenaikan tarif impor untuk proteksi pada satu titik bisa merugikan diri sendiri. Menyebabkan inflasi meningkat, dan konsumen dirugikan,” ujar Enggar dalam seminar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) di Surabaya, Selasa 26 Februari 2019.

Dia lalu mencontohkan hubungan dagang dengan India. Beberapa waktu lalu India menaikkan tarif impor mencapai 44 persen. Enggar menyebutkan telah menyampaikan keluhan tersebut ke pemerintah India.

Kendati demikian, menteri kelahiran Cirebon itu mengaku tidak bisa berbuat banyak karena hal tersebut menyangkut urusan anggaran dalam negeri India.

BACA JUGA: Lesunya Ekspor Non Migas Pengaruhi Neraca Perdagangan Jatim

Kondisi perekonomian dunia yang terus melemah memaksa negara-negara memproteksi diri. Bahkan tahun ini, baik World Bank maupun IMF masih memproyeksikan ekonomi global yang melambat. Indonesia pun merasakannya. Dari target pertumbuhan ekspor 11 persen tahun 2018, hanya terealisasi 6,5 persen.

Padahal pada tahun 2017 pertumbuhan ekspor Indonesia sempat berada di level 16 persen. “Suka atau tidak, itu kenyataan yang kita hadapi,” ungkap Enggar.

Meski demikian, ia menolak dianggap menyerah. Mantan anggota DPR RI itu mengaku tidak tinggal diam. Kemendag melakukan penolakan terhadap beberapa komiditas impor buah dari Cina tahun 2017.

“Pada waktu itu (tahun 2017) manggis Indonesia tidak bisa masuk, begitu juga dengan ekspor pisang ditolak. Akhirnya impor jeruk mandarin saya coret,” tegasnya.

BACA JUGA: Ekspor Kopi Di Aceh Melesat Tajam

Penolakan impor jeruk mandarin mendekati imlek di 2017 membuat Cina mulai panik. Perdana Menteri Cina Li Keqiang mencoba melobi Presiden RI Joko Widodo.

Dalam pembicaraan itu Presiden Joko Widodo meminta kepada Pemerintah Cina membuka kran impor buah dari Indonesia. Hasilnya 500 ribu ton buah dari Indonesia dibuka.

"Banyak yang mengutuk saya, marah-marah ke saya, masak sekali (impor dalam sekali) tidak diperbolehkan. Saya jawab, tidak ada izin karena alasan ekspor buah Indonesia ditolak Cina," urainya.

Meski tetap memainkan strategi perdagangan luar negeri, tetapi Enggar enggan terlibat perang dagang terlalu lama. Negoisasi dilakukan guna menyelesaikan secepatnya.