Logo

Menjaga Asa Atlet Muda di Tengah Pandemi Covid-19

Reporter:,Editor:

Rabu, 24 February 2021 02:20 UTC

Menjaga Asa Atlet Muda di Tengah Pandemi Covid-19

ANDIL. Lama tak berkompetisi, atlet PON Jatim Ajeng Putri ikut serta dalam Second Elastic Internasional Competititon. Foto: Dokumen Pribadi

JATIMNET.COM, Surabaya - Astrida Nila Kusuma harus memutar otak agar anak didiknya tetap mau latihan gymnastic. Pandemi Covid-19 telah banyak membatasi aktivitas termasuk para atlet senam.

Sejak pemerintah mengumumkan Covid-19 telah masuk menginfeksi Indonesia, sejumlah pembatasan diberlakukan. Tempat latihan ditutup. Kompetisi olahraga nyaris berhenti semua.

Astrid mengaku kehilangan separuh anak didiknya karena harus mengubah sistem latihan melalui daring. "Sebelum pandemi Covid-19 ada sekitar 50 orang. Sekarang hanya tinggal 20-an orang saja," ujar Astrid, Rabu 24 Februari 2021.

Banyak atletnya yang putus asa karena latihan secara daring. "Memang feel-nya (perasaannya) berbeda latihan langsung di gymnasium dengan di rumah secara daring," ungkapnya.

Baca Juga: Dituding Tak Perawan, Atlet Asal Kediri Dipulangkan Paksa Tim Pelatih

Motivasi latihan mereka semakin hilang ditambah dengan tidak adanya kompetisi dalam setahun belakangan. Banyak atlet yang menurun performanya dan kehilangan mental bertanding.

Astrid yang juga pelatih di Elastic Girl Rhythmic Gymnastic itu pun akhirnya mencoba menggelar kompetisi senam secara daring. Pesertanya tidak hanya dari Indonesia, melainkan beberapa negara seperti Mesir, Jerman, Perancis, India, dan Inggris.

Totalnya ada sebanyak 64 atlet dari 15 klub dalam dan luar negeri bergabung. Beberapa atlet PON milik Jatim dan Jateng disebutnya juga ikut berpartisipasi pada kejuaraan Second Elastic Internasional Competititon tersebut.

"Sebenarnya ada juga atlet PON dari Jabar yang menyatakan diri ingin ikut serta. Tapi karena di sana sedang diberlakukan pembatasan aktivitas, dan tidak bisa ke gymnasium. Dari pada tak maksimal akhirnya tak ikut," kata dia.

Baca Juga: Dipulangkan Karena Tak Perawan

Kompetisi yang digelar mulai 19-24 Februari ini mempertandingkan disiplin rhythmic gymnastics dengan tiga kategori, di gymnasium, medium room, dan di rumah. Dengan terbagi dalam dua kelompok umur, pemula untuk usia 7-16 tahun dan senior 16 tahun ke atas.

"Saya tercetus kenapa membikin ini? karena curahan hati atlet saya yang selama pandemi tidak ada kompetisi, hampir setahun," tegasnya.

Setiap peserta mengirimkan video penampilan mereka. Lalu juri dari beberapa negara akan berdiskusi melalui aplikasi rapat Zoom untuk memberikan nilai. Pemenangnya akan mendapatkan pelatihan master class secara eksklusif dari Silvia Miteva asal Bulgaria melalui Zoom.

"Yang penting di Indonesia ini ada kegiatan kompetisi yang diikuti anak-anak secara internasional. Membangun atlet kan tidak seperti membikin kue, ada tahapan untuk bisa mengeluarkan potensi yang dimilikinya," tandasnya.