Senin, 16 August 2021 05:00 UTC

Data Tabulasi ikan semperit
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Pertanda apa, bila ribuan ikan sempenit atau lemuru anakan melompat dari air ke dermaga apung yacht Pantai Marina Boom Banyuwangi? Ikan-ikan itu tergelepar di lantai dermaga apung dan mati, kemudian dipunguti warga, Minggu, 8 Agustus 2021. Video yang memperlihatkan peristiwa itu kemudian viral secara berantai melalui aplikasi pesan daring dan media sosial.
Lemuru atau yang biasa disebut ikan sarden, memiliki nama latin sardinella lemuru, yang hidup secara bergerombol. Merta (1992) mengelompokkan ikan ini dalam 4 macam sebutan, yakni sempenit dengan panjang kurang dari 11 sentimeter, protolan 11-15 sentimeter, lemuru 15-18 sentimeter, dan lemuru kucing lebih dari 18 sentimeter.
Sejauh ini habitat atau tempat hidup lemuru yang paling banyak ditemukan ada di Selat Bali, yang banyak ditangkap nelayan Banyuwangi dan Bali. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa 91,53 persen rata-rata tangkapan ikan lemuru tahun 2005 sampai 2014 berada di Provinsi Jawa Timur dan Bali.
Misalnya dalam buku Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Menurut Provinsi 2015 yang memperlihatkan jumlah tangkapan lemuru per provinsi pada tahun 2014. Di perairan DKI Jakarta didapati 18 ton, Jawa Tengah 1.348 ton, Jawa Timur 24.406 ton, Bali 18.412 ton, Nusa Tenggara Barat 7.123 ton, dan Nusa Tenggara Timur 2.588 ton.
Baca Juga: Ratusan Ikan Sempenit Melompat ke Dermaga Pantai Marina, Ini Penjelasan Dinas Perikanan Banyuwangi
Di tahun yang sama nilai produksi ikan lemuru di Provinsi Lampung ialah Rp6,8 miliar, DKI Jakarta Rp251 juta, Jawa Tengah Rp14,6 miliar, Jawa Timur Rp190,78 miliar, Bali Rp95,37 miliar, Nusa Tenggara Barat Rp64,9 miliar, Nusa Tenggara Timur Rp19,8 miliar, dan Kalimantan Timur Rp435 juta. Total nilai produksi lemuru tahun itu secara nasional adalah Rp393 miliar.
Tapi secara umum jumlah tangkapan ikan lemuru secara nasional cenderung menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan statistik daring KKP, diketahui jumlah tangkapan ikan lemuru nasional dalam ton, dari tahun 2010 sampai 2017 secara berurutan 135.455, 39.266, 94.917, 91.591, 10.0473, 93.573, 80.456, dan 51.475.
Sebagian pihak mengatakan semakin berkurangnya lemuru karena pemanasan global, aktivitas manusia di Selat Bali yang semakin banyak, kelebihan tangkap, cara tangkap yang tidak ramah lingkungan, limbah, hingga menyebut lemuru sedang bermigrasi di luar Selat Bali.
Lantas tanda alam apa yang terkandung dari peristiwa melompatnya ribuan ikan sempenit ke dermaga apung yacht Pantai Marina Boom Banyuwangi? Dosen Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Mega Yuniartik, memberikan beberapa penjelasan.
Baca Juga: Fenomena Langka, Paus Orca Terdampar di Pesisir Utara Banyuwangi
1. Bukti Selat Bali Masih Jadi Tempat Pemijahan Alami Lemuru
Mega mengatakan Selat Bali terutama bagian selatan merupakan area pemijahan ikan lemuru. Munculnya banyak banyak ikan sempenit di dermaga apung yacht Pantai Marina Boom dan Pulau Santen, menunjukkan kondisi itu berlaku hingga sekarang.
Dia mengatakan meskipun ikan lemuru memiliki perilaku bermigrasi, tetap akan kembali ke tempat asalnya yakni Selat Bali. Namun sempenit belum bisa bermigrasi jauh sehingga akan tetap berada di sekitar Selat Bali hingga siap bepergian lebih jauh secara berkelompok.
"Pemijahannya itu di daerah Bali, khususnya di daerah selatan, selatannya Selat Bali, di bagian bawah (dalam peta)," kata Mega saat dihubungi, Sabtu 14 Agustus 2021.
2. Sedang Banyak Makanan di Sekitar Pantai Marina Boom Banyuwangi
Mega juga mengatakan bahwa memang menjadi perilaku alami sempenit menuju perairan dangkal ke arah pantai. Dia menjelaskan hal itu bukan merupakan anomali perilaku sempenit, juga kecil kemungkinan disebabkan dikejar predator laut.
Baca Juga: Kedokteran Hewan Unair Teliti Paus Orca Terdampar di Pantai Bangsring Banyuwangi
Namun kejadian ikan sempenit menepi di Pulau Santen jarang terjadi, bahkan sejak awal tahun 2021 baru kali ini ramai datang. Mega mengatakan ada kemungkinan saat ini di sekitar pantai tersebut sedang banyak makanan bagi mereka, sehingga sempenit banyak adatang. "Mungkin kondisi makanannya yang banyak di Pulau Santen-nya, sehingga dia berpindahnya kesitu," ucap Mega.
Makanan utama lemuru di laut adalah fitoplankton dan zooplankton yang jumlahnya tergantung intensitas klorofil di kawasan perairan tersebut. Sayangnya dia mengatakan intensitas klorofil di Selat Bali tahun 2018 sampai 2020 mengalami penururnan.
3. Populasi Kelompok Sempenit Terlalu Besar
Mega juga menjelaskan kemungkinan kelompok sempenit yang ada di dekat Pantai Boom Banyuwangi dan Pulau Santen terlalu banyak. Informasi yang dikumpulkan Jatimnet, pada minggu kedua Agustus 2021 warga Pulau Santen bahkan bisa menangkap ikan sempenit tanpa memakai perahu.
Kelompok yang terlalu besar itu, kata Mega, menyebabkan oksigen yang terkandung dalam air tidak cukup untuk kebutuhan mereka bertahan hidup. Ikan-ikan kemudian saling berebut oksigen dan melompat ke atas, hingga berakhir di dermaga apung yacht Pantai Marina Boom Banyuwangi.
Ombak di laut membantu oksigen di udara masuk ke dalam air dan mendukung kehidupan di dalam laut. Sementara kolam dermaga apung yacht Pantai Marina Boom Banyuwangi tidak berombak.
"Kandungan oksigen 7 sampai 8 mg per liter air itu optimal untuk ikan bisa hidup di perairan tersebut. Menurut saya ya karena itu tadi, karena dia populasinya banyak sekali sehingga mereka saling berebut untuk mendapatkan oksigen itu tadi," kata Mega.
