Logo

Menderita Cerebral Palsy dan Epilepsi, Balita di Probolinggo Butuh Bantuan

Reporter:,Editor:

Selasa, 26 January 2021 11:00 UTC

Menderita <em>Cerebral Palsy</em> dan Epilepsi, Balita di Probolinggo Butuh Bantuan

GANGGUAN PERTUMBUHAN. Khoiriyah bersama anaknya, Muhammad Bakri, yang mengalami Cerebral Palsy dan epilepsi. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Nasib malang dialami Muhammad Bakri, balita berusia 2 tahun 10 bulan di Kota Probolinggo. Bakri tak bisa hidup normal layaknya balita seusianya.

Bakri menderita gangguan perkembangan otak yang disebut Cerebral Palsy (CP) dan penyakit ayan atau epilepsi.

CP terjadi karena gangguan perkembangan otak yang biasanya terjadi saat anak masih di dalam kandungan. Gangguan perkembangan otak ini juga dapat terjadi ketika proses persalinan atau dua tahun pertama setelah kelahiran.

Pengobatan Bakri pun dilakukan seadanya karena kedua orang tuanya tergolong keluarga tak mampu.

Bakri putra dari pasangan suami istri Samsul Arifin, 36 tahun, dan Khoiriyah, 25 tahun, warga Desa Triwung Lor, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.

BACA JUGA: Perjuangan Ibu Untuk Anaknya Penderita Kelumpuhan Otak di Gresik

Ditemui di rumahnya, Khoiriyah mengungkapkan bahwa Bakri dilahirkan secara normal. Hanya saja di usianya menginjak sepuluh hari, Bakri mulai jatuh sakit.

“Badannya tiba-tiba panas dan kejang, kami kemudian bawa ke rumah sakit dan dirawat satu bulan. Namun waktu itu, kata dokter tidak ada diagnosa apa-apa," tuturnya, Selasa, 26 Januari 2021.

Sekitar enam bulan kemudian, Bakri kemudian diperiksakan kembali ke dokter. Dari situlah akhirnya diketahui, Bakri menderita lemah otak atau Cerebral Palsy dan penyakit ayan.

“Itulah yang membuat badan Bakri kecil dan kelihatan tegang terus. Kami sudah mencoba pengobatan alternatif buat kesembuhan Bakri namun kondisinya masih begini,” katanya.

Khoiriyah mengaku ia dan suaminya tak bisa berbuat banyak atas kondisi Bakri. Suaminya hanya bekerja di bengkel motor, sedangkan dirinya sudah tak bekerja lagi karena harus merawat Bakri.

BACA JUGA: Mahasiswi ITS Ciptakan Sepeda Penderita Cerebral Palsy

“Semoga saja ada uluran tangan dari dermawan maupun pemerintah agar anak saya bisa mendapatkan pengobatan semestinya,” kata Khoiriyah.

Tetangga sekitar, Rahmad, mengaku turut prihatin atas kondisi Bakri. Menurutnya, kondisi Bakri harus lekas ditangani karena ketika sakitnya kambuh, Bakri bakal menangis dan membuat kedua orang tuanya kebingungan.

“Biasanya tiap subuh, Bakri menangis. Kalau sudah gitu, kami biasanya hampiri mereka. Kasihan orang tuanya, sudah hampir tiga tahun kondisinya begitu terus,” ujarnya.