Rabu, 08 August 2018 09:06 UTC

Sembilan mahasiswa asing dari tujuh negara melakuan praktek membuat jamu tradisional di Universitas Surabaya (Ubaya)
JATIMNET.COM, Surabaya – Senyum ceria menghiasi sembilan mahasiswa asing dari tujuh negara berbeda di Universitas Surabaya (Ubaya). Mereka bersenda gurau sambil memperlihatkan bahan-bahan yang dipergunakan membuat jamu tradisional. Ini pengalaman pertama mereka membuat jamu tradisional karena selama ini tidak pernah melihat bahan-bahan tersebut.
Sembilan mahasiswa asing ini saling berpandangan, ketika Dosen Ubaya Lidya Karina menunjukan bahan-bahan jamu tradisional. Mereka seolah tidak percaya bahan seperti kunyit, jahe, gula merah, garam dan air bisa dijadikan jamu tradisional yang baik untuk kesehatan.
Mereka langsung mempraktikkan dengan mengikuti arahan Lidya Karina. Kebetulan, kesembilan mahasiswa ini tengah melakukan pertukaran belajar. Selanjutnya melakukan program PKL (Praktik Kerja Lapangan) dengan menggunakan bahan-bahan asli Indonesia.
“Saya baru pertama kali melihat bahan-bahan ini. Saya pertama kali memiliki pengalaman membuat jamu, nanti saya akan membuat di negara saya,” kata Eva Casalova dari University of Veterinary and Pharmaceutical Science Brno, Republik Ceko.
Selain Eva, delapan temanya adalah Marko Kocevar dari University of Ljubljana Slovenia, Kimskie Tjong dari University of Utrecht Den Haag Belanda, Rana Khalled dari University of Alexandria Mesir, Ahmed Abodu Saeed dari University of Sohag Mesir, Marianne Jessica dari Kwame Nkrumah University of Science and Technology Kumasi Ghana, Zakaria Zreik dari Medical University Bulgaria, Aude Rivet dari Chatenay University – Malabry Prancis, dan Julia dari Institute For Pharmaceutical and Biological Sciences Prancis.
Sembilan mahasiswa ini menunjukan keseriusan mempraktikkan membuat jamu tradisional. Satu persatu bahan dari kunyit dan jahe di kupas. Dari hasil kupasan di campur ke dalam air kemudian di masak hingga mendidih dan menjelma menjadi jamu tradisional. “Luar biasa, kami langsung mencicipi, enak,” ucap Eva dengan senyumnya.
Hasil praktik mahasiswa asing ini membuat Lidya Karina tersenyum. Pasalnya, hasil pembuatan jamu tradaisional ini layak dikonsumsi. “Jamu yang dibuat anak-anak sudah bagus, layak diminum,” ucapnya.
Lidya mengaku, pihaknya sengaja meminta sembilan mahasiswa asing ini mempraktikan membuat jamu tradisional. Alasannya, mereka mahasiswa asing harus mengetahui kekayaan alam Indonesia yang menjadi ciri khas Bangsa.
Selain itu, pembuatan jamu tradisional sangat mudah dan bisa diperlihatkan hasilnya secara langsung. “Sebelumnya kami sudah menjelaskan secara detail, tinggal mempraktikkan dan hasilnya sangat bagus,” ungkapnya.
Sebetulnya kesembilan mahasiswa ini belum banyak mengenal bahan-bahan pembuatan jamu tradisional. Karena banyak bahan yang tidak tersedia di negara-negara mereka. “Mungkin bentuknya beda, makanya kebingungan. Tetapi saat diucapkan dengan bahasa mereka, mereka langsung memahaminya,” lanjut Lidya.
