Logo

LPAI Jatim: Tawuran Antar Geng Bentuk Pencarian Identitas

Reporter:,Editor:

Minggu, 29 September 2019 11:46 UTC

LPAI Jatim: Tawuran Antar Geng Bentuk Pencarian Identitas

BENDA BERBAHAYA. Polres Pelabuhan Tanjung Perak mengamankan sejumlah barang bukti dari tawuran antar geng. LPAI menyoroti miskinnya komunikasi di dalam rumah picu anak-anak berkumpul dengan kelompoknya di jalanan. Foto: Dok.

JATIMNET.COM, Surabaya – Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur, Isa Anshori mengatakan fenonema tawuran pelajar antar geng di Surabaya sebagai bagian dari pencarian identitas diri dan ruang ekspresi.

“Di dalam kelompok dan gengnya, tawuran pelajar kerap diakui dan diapresiasi kelomploknya. Sehingga memunculkan kebanggan tersendiri,” ungkap Isa Anshori kepada Jatimnet.com, Minggu 29 September 2019.

Sejauh ini pihaknya telah mencatat terdapat 116 kasus kekerasan terhadap anak di Jawa Timur sejak Januari hingga Agustus 2019. Dari jumlah itu, sekitar 35 persen di antaranya adalah kekerasan antar anak.

BACA JUGA: Polres Pelabuhan Tanjung Perak Gagalkan Tawuran Remaja di Surabaya

“Kekerasan itu banyak dipicu oleh perasaan terkalahkan dan harga diri. Misalkan perebutan pacar atau karena tersinggung,” sebutnya.

Menurutnya, salah satu faktor penyebab tawuran antar geng berasal dari pola lingkungan keluarga yang tidak dua arah. Sehingga banyak remaja yang lari dari keadaan tersebut karena tidak ada komunikasi antara orang tua dengan anak.

“Problem pengasuhan dan komunikasi menjadi sesuatu yang mahal bagi anak anak. Jalanan dan geng umumnya menjadi tempat yang nyaman,” lanjut Isa.

BACA JUGA: Polres Tanjung Perak Amankan 31 Remaja yang Mau Tawuran

Ia menyarankan agar orang tua lebih terbuka dan membangun komunikasi dua arah. Caranya adalah mengajak dialog anak agar mengetahui apa saja keinginannya.  “Ada baiknya lingkungan keluarga dan komunikasi dibangun lebih dialogis,” tambahnya.

Isa juga berharap kepolisian berperan lebih edukatif dalam menanggulangi tawuran. Selain itu, diskusi dengan melibatkan para pihak merupakan upaya pembinaan dan pencegahan.

Isa juga menyarankan agar Pemkot Surabaya dapat menyediakan ruang publik sebagai tempat beraktualisasi anak-anak Surabaya. Tujuannya agar kegiatan dan pola tumbuh kembang remaja dapat tersalurkan dengan baik.  “Bila perlu diberi penghargaan dan apresiasi,” tutupnya.