Logo

Lintas Agama Kabupaten Mojokerto Sepakat Perangi Radikalisme-Rasisme dengan Toleransi

Reporter:,Editor:

Minggu, 25 August 2019 02:57 UTC

Lintas Agama Kabupaten Mojokerto Sepakat Perangi Radikalisme-Rasisme dengan Toleransi

DIALOG KEBANGSAAN. Lintas agama di Kabupaten Mojokerto menyepakati toleransi bagian dari memerangi aksi radikal dan rasis dalam dialog kebangsaan, Sabtu 24 Agustus 2019. Foto: Karina Nurhadini.

JATIMNET.COM, Mojokerto – Maraknya aksi radikal dan pernyataan rasis menjadi sorotan lintas agama Kabupaten Mojokerto. Terlebih aksi radikalisme ini kerap memunculkan berita bohong atau hoax melalui media sosial untuk memengaruhi masyarakat.

Persatuan Gereja-Gereja Indonesia se-Kabupaten Mojokerto (PGI) bersama, Gereja Kristen Jawi Wetan Mojokerto, jaringan Gusdurian, jemaat gereja Katolik Santo Yosep, PC Anshor, Majelis Wihara Indonesia, serta takmir Masjid Al Muaishim menggelar dialog kebangsaan, Sabtu 24 Agustus 2019.

“Indonesia dalam usia 74 tahun ini, harusnya sudah matang. Sebab Indonesia diibaratkan seperti tubuh, tak akan berfungsi jadi baik tanpa kerjasama dengan anggota tubuh yang lain,” kata pendeta Samuel Natar dalam diskusi.

BACA JUGA: Ketua PWNU Jatim Sebut Temukan Paham Radikalisme di Lingkungan Pemprov Jatim

Hal senada juga disampaikan penggerak Gusdurian Jatim, Gus Aan Anshori yang mengimbau lintas agama di Mojokerto berkontribusi dalam kedamaian Indonesia. Menurutnya kemerdekaan itu buah kontribusi dari semua pihak mulai dari lintas agama, lintas etnis, dan golongan masyarakat.

Dia mengingatkan 74 tahun kemerdekaan tidak boleh ada pengelompokkan, semisal Jawa yang berkuasa, masyarakat Tionghoa tunduk, atau kelompok Islam, kelompok Kristen, dan kelompok-kelompok lain merasa ekslusif.

“Kemerdekaan harus disyukuri dan tidak menyombongkan diri. Jika kesombongan itu terjadi, pada saat itulah titik di mana akan terjadi ambruknya suatu bangsa. Untuk itu semua pihak harus bahu membahu menyelamatkan NKRI dari radikalisme dan aksi-aksi rasisme,” Gus Aan menjelaskan.

BACA JUGA: Nalar Dangkal Paham Radikal

Dalam pernyataan tersebut Gus Aan juga menolak Islam disebut radikal. Radikalisme, lanjut Gus Aan, tumbuh dikarenakan adanya kesalahan memahami ajaran. Dia menegaskan Islam tidak mengajarkan radikal, tetapi banyak umat yang salah memahami ajaran.

“Bahwa menjaga NKRI dalam kebersamaan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Semua pihak harus bisa menjadi pemadam kebakaran untuk memadamkan radikalisme yang sudah menyebar,” lanjutnya.

Adapun Kapolresta Mojokerto Kota AKBP Sigit Dany Setiono menegaskan aksi radikalisme sampai kapanpun akan tetap ada. Namun dia mengingatkan radikalisme bisa diperangi dengan toleransi. “Radikalisme tidak pernah mengenal toleransi,” tegasnya.