Logo

‘Lingkaran Kebersamaan’ dalam Perayaan Imlek TITD Pay Lien San

Reporter:,Editor:

Sabtu, 25 January 2020 13:15 UTC

‘Lingkaran Kebersamaan’ dalam Perayaan Imlek TITD Pay Lien San

TUR KELENTENG. Para pelajar yang ikut tur kelenteng di TITD Pay Lien San, Desa Glagahwero, Kec. Panti, Jember, saat perayaan Tahun Baru Imlek 2571, Sabtu, 25 Januari 2020. Foto: Faizin Adi

JATIMNET.COM, Jember – Perayaan tahun baru Imlek 2571, Sabtu, 25 Januari 2020, disambut meriah di berbagai Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD). Salah satunya di TITD Pay Lien San di Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember.

Ada yang menarik dan bermakna dalam perayaan Imlek di TITD setempat. Tidak hanya diikuti para penganut Tri Dharma (Taoïsme, Konghucu, dan Buddha), perayaan Imlek kali ini dihadiri sejumlah tokoh lintas agama,mahasiswa, dan pelajar serta masyarakat sekitar kelenteng.

Mereka adalah elemen masyarakat yang tergabung dalam Silaturahmi Antar Umar Beragama dan Masyarakat (Sila Emas) dan Peace Leader Jember (PLJ). Dua kelompok lintas agama dan elemen masyarakat di Jember itu bertujuan untuk merawat kerukunan antar sesama

BACA JUGA: Makna Memandikan Arca Dewa Menjelang Imlek

"Ini kebetulan tadi saya dihubungi teman-teman dari Sila Emas, mereka ingin mengucapkan selamat Imlek kepada kami dan merpererat silaturahmi," tutur Wakil Ketua TITD Pay Lien San, Hery Novem Stadiono.

Di halaman kelenteng setempat, para tokoh dan umat lintas agama berdiri membentuk lingkaran besar. Mereka bergiliran menyampaikan pesan toleransi. Acara dilanjutkan dengan makan bersama yang disediakan pengurus TITD Pay Lien San. 

Bagi Hery, momen Imlek tidak sekadar ritual keagamaan. Tetapi juga momen untuk merekatkan kerukunan antar umat. Para tokoh lintas agama juga membagikan bantuan beras dan juga angpao kepada warga sekitar yang membutuhkan. 

"Kita berbagi seperti ini tidak saja saat Imlek, tapi juga saat Idul Fitri. Kami bersyukur toleransi di sini sangat tinggi," kata pria yang memiliki nama asli Jap Swie Liong ini. 

Sementara itu, pemuka Gereja Katolik Santo Yusuf Jember, Romo Hendrikus Dili O.Carm, yang ikut hadir mengatakan acara ini sebagai ikhtiar untuk menepis timbulnya kemungkinan saling curiga antar umat beragama. 

BACA JUGA: Penyucian Patung Dewa di Kelenteng Sumbernaga Probolinggo Menjelang Imlek, Pengurus Wajib Puasa

"Kegiatan ini dalam rangka memperteguh kerukunan di republik ini. Sehingga isu-isu yang memecah belah persatuan dan kesatuan negara kita bisa dicegah. Ini momentum untuk lebih dalam mengenal satu sama lain, sehingga mencegah saling curiga," ujar Hendrikus. 

Para tokoh lintas agama, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat yang hadir kemudian diajak berkeliling ke beberapa ruangan yang ada di kelenteng setempat. Pengurus klenteng memperkenalkan nama-nama dewa yang ada di setiap altar kepada pelajar dan mahasiswa yang hadir. "Kalau ini, adalah Dewa pemberi rezeki bagi kami," ujar Hery yang juga penganut Taoïsme. 

Tri Dharma merupakan gabugan dari tiga ajaran. Taoïsme sebagai yang tertua, Konghucu yang merupakan pertapa Tao dan Buddha yang datang belakangan dari India ke Cina. "Tempat ibadahnya digabung jadi satu biar tidak ada gesekan. Dulunya, ini adalah Vihara bagi umat Buddha. Baru tahun 2000-an jadi TITD," tutur Hery. 

Dengan didampingi guru mereka, para pelajar antusias mendengarkan penjelasan pengurus kelenteng. "Harapannya, anak-anak bisa lebih mengenal keberagaman yang ada. Sebenarnya mereka sudah sangat tahu kelenteng itu apa, tapi tidak ada salurannya, sehingga kami bantu salurkan," ujar Dwi Wahyuni, anggota Peace Leader Jember yang juga guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Sunan Ampel, Sukorambi.