Logo

Koridor Berharap Satu Unicorn Lahir Dari Surabaya

Reporter:

Senin, 11 November 2019 08:01 UTC

Koridor Berharap Satu Unicorn Lahir Dari Surabaya

Risma saat menjelaskan kepada anak-anak muda tujuan Koridor Co-Working Space didirikan oleh Pemkot Surabaya. Foto: Bangga Surabaya

JATIMNET.COM, Surabaya - Ada kalanya bisnis startup lesu. Tapi mereka--para pelaku bisnis rintisan-- ini tentu punya cara sendiri bagaimana menjaga semangat dan ritme bisnis agar tetap enduren (bertahan) dari kelesuan. Termasuk para faunder startup yang berada di Koridor Co-working Space, Gedung Siola, Surabaya.

"Menjaga tetap enduren. Kondisi bisnis dalam sejarahnya memang seperti itu. Enggak cuma startup, polanya sama, kadang lesu. Tapi yang jelas maindset kita enggak boleh jatuh. Enggak boleh jatuh dan patah semangat," kata Kepala Bagian Sub Layanan Informasi Pemkot Surabaya Yanuar Hermawan, Jumat 8 November 2019.

Ia menjelaskan, bisnis startup itu tak ubahnya bisnis-bisnis lain. Namanya bisnis, kata dia, ada kalanya akan dihadapkan pada kondisi pasar yang tidak menentu. Misalnya kondisi lesu dari sisi pasar maupun pembiayaan. 

BACA JUGA: Emil akan Monitoring Pertumbuhan 1.000 Startup Melalui Gernas

Lalu bagaimana kondisi startup di Koridor? Wawan mengungkapkan, meskipun belum ada usaha rintisan di Koridor yang berstatus unicorn (bisnis rintisan yang kapitalisasinya lebih dari USD 1 Miliar), tapi mereka sudah monetizing atau menghasilkan uang. Pemkot sebagai pengelola Koridor berusaha mengakselerasi bisnis mereka ini.

Oleh sebab itu mentoring menjadi penting. Misalnya mentoring tentang bagaimana cara presentasi yang menarik agar investor tertarik berinvestasi. Kemudian memberi pengetahuan tentang berbagai isu, misalnya soal pentingnya legalitas startup. "Mentoring kami lakukan di Sabtu-Minggu terakhir setiap bulan," kata Wawan.

Persoalan pada pelaku bisnis ini utamanya ada pada pemasaran, kata Wawan. Mereka memang kuat di bidang teknologi. Ide-ide produknya juga bagus. Namun proses bisnisnya saja yang belum maksimal. "IT bukan jadi masalah. Hanya butuh pengembangan saja, pengembangan database. Masalahnya lebih ke marketing yang lemah," katanya. 

Saat ini ada 14 startup atau resident memanfaatkan co-working space milik Pemkot Surabaya tersebut. Mereka menggunakan koridor sebagai officeless, misalnya untuk bertemu klien, investor dan lainnya. "Kami (Pemkot) hanya fasilitator, mewadahi. Tidak masuk agreement ke B to B (Business to Business)," kata Wawan.

Wawan melanjutkan, meskipun sampai saat ini belum ada startup resident di Koridor yang menjadi unicorn, Pemkot Surabaya sebenarnya memiliki target. "Dari tingkat progresnya berbeda-beda. Ada startup yang sangat cepat, pelan, dan sedang. Targetnya satu startup dari Surabaya jadi unicorn," kata Wawan menegaskan.

Koridor diluncurkan Pemkot Surabaya pada 2017 lalu. Tempat kongkow entrepreneur muda Surabaya ini didirikan untuk mengembangan bisnis kawula muda berbasis teknologi digital. Tahun ini sebanyak 65 resident memanfaatkannya dan sebanyak 52.026 pengunjung sepanjang 2019 ini.