Rabu, 21 November 2018 06:12 UTC
Warga Singapura mengonsumsi makanan yang mengandung garam telah melebihi batas. FOTO: Business Insider.
JATIMNET.COM, Singapura - Badan Promosi Kesehatan (The Health Promotions Board/ HPB) Singapura mengeluarkan hasil survei nasional tahun 2018 menyebutkan bahwa tingkat konsumsi garam penduduk Singapura mulai berlebihan.
Sedikitnya 90 persen masyarakat Singapura mengonsumsi 9 gram garam atau 4 gram lebih banyak dari batasan yang ditentukan.
Survei yang dikeluarkan HPB ini berkaitan dengan garam dan saus yang ditambahkan selama penggorengan, pengasinan bahan makanan, dan penambahan kecap
Menurut Health Hub, sebagaimana dikutip dari Business Insider, makan terlalu banyak sodium dapat meningkatkan tekanan darah seseorang, dan meningkatkan risiko terkena stroke maupun penyakit ginjal.
Masalah lain yang dihadapi masyarakat Singapura bukan hanya garam, tetapi masalah yang kini ditakuti adalah gula.
Total asupan gula penduduk Singapura sudah mencapai 60 g tahun ini, atau meningkat 1g dibanding tahun 2010 silam.
Faktanya sebagian besar gula dalam makanan tidak terletak pada minuman, tetapi dari makanan seperti gula-gula dan makanan penutup.
HPB menambahkan bahwa minuman manis dalam kemasan tetap menjadi sumber gula terbesar dalam makanan orang Singapura.
Health Hub melaporkan bahwa asupan gula tambahan menyediakan kalori kosong dengan nilai gizi sedikit. Ini dapat menyebabkan asupan energi berlebih, kenaikan berat badan, dan obesitas, yang pada gilirannya meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.
Meski demikian, harapan masyarakat Singapura tidak berubah, yakni beralih ke makanan yang lebih berkualitas, lebih kaya, lebih manis dan lebih asin. Begitu juga dengan makanan yang lebih berkualitas dari waktu ke waktu dengan porsi yang lebih sedikit.
Survei lain menemukan bahwa asupan kalori rata-rata telah turun dari 2.600 kcal pada tahun 2010, menjadi 2.470 kcal tahun ini.
Dalam kurun delapan tahun ini, konsumsi karbohidrat mentah dari total karbohidrat dalam makanan Singapura meningkat dari 14 menjadi 17 persen.
Hasil survei yang dikeluarkan HPB lainnya menyebutkan penurunan karbohidrat ini bahwa konsumsi gandum, buah dan sayuran lebih banyak. Temuan ini didukung tren pasar di mana penjualan beras dan roti gandum, serta buah dan sayuran telah meningkat.
Demikian pula, kualitas makanan dari lemak dalam diet Singapura telah meningkat, dengan penduduk yang cenderung mengonsumsi lemak tak jenuh daripada lemak jenuh. Bahkan, prosi lemak jenuh dari total konsumsi lemak menurun dari 38 persen pada tahun 2010 menjadi 36 persen tahun ini.