Kamis, 22 November 2018 08:10 UTC
Perpindahan barang melalui skema tol laut masih belum memberi nilai tambah karena mahalnya ongkos logistik. FOTO: DOK.
JATIMNET.COM, Jakarta – Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo menilai pertumbuhan ekonomi inklusif untuk mewujudkan cita-cita pembangunan menghadapi tantangan besar dari sisi konektivitas antar pulau di Indonesia.
“Wilayah Indonesia sangat luas dan menjadi tantangan terbesar dalam mewujudkan ekonomi inklusif,” kata Mardiasmo dalam seminar nasional The Consumer Banking Forum di Jakarta, kamis 22 November 2018.
Ekonomi yang inklusif merupakan kondisi di mana kesempatan masyarakat untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan menjadi lebih terbuka dan meluas, terutama bagi mereka yang memiliki berbagai keterbatasan secara ekonomi.
Melalui ekonomi yang bersifat inklusif, lanjut Mardiasmo, dampak pembangunan akan dapat menetes dan dirasakan hingga ke masyarakat yang berada di kelompok terbawah.
Ia menjelaskan ekonomi inklusif akan mampu diraih salah satunya apabila konektivitas yang menghubungkan antar pulau di Indonesia dapat terwujud dengan baik.
“Pangsa Jawa juga masih tinggi untuk ekonomi. Pemerintah sudah berupaya membangun konektivitas dari pinggiran, yang dilakukan untuk menyambung pulau-pulau," kata Mardiasmo.
Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai kebijakan pembangunan tol laut yang diinisiasi pemerintah untuk membangun konektivitas masih belum berdampak.
Ia menilai tol laut belum mampu menurunkan ongkos logistik karena tidak terjadi peralihan transportasi angkutan dari darat ke laut.
"Masih sekitar 90 barang di Indonesia masih diangkut menggunakan truk. Padahal secara global 70 persen barang itu diangkut menggunakan kapal laut," ujar dia. (ant)