Logo

Kisah Sumartini, Pembuat Kue Kering yang Sukses saat Pandemi

Ingin Ekspor Jika Cukup Modal
Reporter:,Editor:

Sabtu, 18 December 2021 05:00 UTC

Kisah Sumartini, Pembuat Kue Kering yang Sukses saat Pandemi

USAHA KUE. Sumartini (kanan) saat mengikuti acara Expo Batik Nusantara dan IKM di GOR Baluran Situbondo, Senin, 13 Desember 2021. Foto: Hozaini

JATIMNET.COM, Situbondo – Kalau banyak pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) nyaris gulung tikar salama masa pandemi, hal itu bertolak belakang dengan usaha milik Sumartini, 45 tahun, warga Desa/Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo. Usaha yang dijalaninya malah meningkat 100 persen lebih dibandingkan sebelum pandemi. Usaha aneka kue kering miliknya kebanjiran pesanan dari berbagai kota. 

“Kalau sebelum pandemi, usaha aneka jajanan kering milik saya cuma laku terjual 450 toples. Saat pandemi malah meningkat menjadi 1.000 toples per bulannya,” kata Sumartini ditemui saat mengikuti Expo Batik Nusantara dan IKM di GOR Baluran Situbondo, Senin, 13 Desember 2021. 

Sumartini mengubah sistem pemasaran selama pandemi Covid-19 untuk tetap bertahan. Selain memanfaatkan media sosial, ia memperluas jaringannya dengan aktif di berbagai asosiasi IKM dan bergabung di grup WhatsApp. Melalui grup WhatsApp tersebut ia mempromosikan produknya sekaligus mendapat banyak informasi outlet atau pusat oleh-oleh yang mengajak kerjasama. 

BACA JUGA: Expo Batik Nusantara, Kiat Pemkab Situbondo Gerakan UMKM Saat Pandemi

“Yang paling banyak membantu usaha ini karena saya aktif di berbagai asosiasi sesama pelaku IKM. Kadang kita live di Instagram melalui asosiasi. Dari situlah saya banyak mendapat orderan untuk mengirim produknya ke berbagai outlet dan pusat oleh-oleh,” ujarnya. 

Usaha tak akan mengkhianati hasil. Saat ini, Sumarini mengirimkan produknya ke berbagai daerah di luar kota seperti Surabaya, Malang, Jember, Banyuwangi, Madura, dan beberapa daerah di luar Jawa Timur. Mendapat banyak orderan tentu berdampak terhadap kebutuhan tenaga kerja. Sejak pandemi, Sumartini nambah tiga orang tenaga kerja dari sebelumnya cuma dua orang pekerja. 

“Saya juga diajak ekspor produk ke Turki tapi saya tolak. Saya belum memiliki alat packing yang bagus karena jajanan kering milik saya ini mudah retak. Kalau mau dikirim harus benar-benar di-packing dengan bagus. Saya tolak ekspor karena saya menjaga mutu, bukan asal laku,” katanya. 

Menurut Sumartini, selama dua tahun pandemi pemesanan produk miliknya meningkat lebih dari 100 persen. Beberapa aneka jajanan kering usahanya yang laris di pasaran seperti nastar, bola-bola coklat, almond crispy berbagai rasa. Selain itu, ada juga abon, kerupuk ikan, kerupuk kepiting, dan produk kemasan jahe. 

BACA JUGA: Pertahankan Ekspor di Masa Pandemi, “Akar Dewa Jati” Juara 1 Wirausaha Ekspor Jatim

“Kalau pendapatan sekitar Rp 7-9 juta per bulan. Sempat anjlok saat ketat-katanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) karena pusat oleh-oleh tempatnya mengirim produknya juga sudah tutup. Jadi saya hanya melayani pembeli lokal untuk rumah tangga,” tuturnya. 

Sumartini mengaku ingin terus mengembangkan usahanya dengan mengekspor ke luar negeri, namun saat ini masih terkendala modal yang belum cukup. Dirinya ingin meningkatkan kualitas produknya dengan membuat packing khusus dengan label dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 

“Masih saya pikirkan untuk pengembangan usaha saya ini. Nanti kalau sudah punya modal cukup pasti akan ikut ekspor karena sudah ada yang memfasilitasi melalui Oke Oce,” katanya.