Logo

Kisah Kakek Sebatang Kara Bertahan Hidup di Hutan Mangrove Probolinggo

Reporter:,Editor:

Minggu, 30 October 2022 05:00 UTC

Kisah Kakek Sebatang Kara Bertahan Hidup di Hutan Mangrove Probolinggo

SEBATANG KARA. Agus Sugiarto bertahan hidup di gubuk reyotnya di hutan bakau Mayangan, Kota Probolinggo, Minggu, 30 Oktober 2022. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Nasib malang dialami Agus Sugiarto, seorang kakek berusia 76 tahun, berasal dari Yogyakarta. Lantaran hidup sebatang kara, ia memilih hidup di tengah hutan mangrove yang berlokasi di sebelah utara rumah susun sewa (rusunawa) Mayangan. 

Untuk sampai ke lokasi, terlebih dahulu harus menelusuri jalan setapak dari jalan lingkar utara (JLU) Kota Probolinggo. Kemudian masuk ke dalam hutan mangrove, kurang lebih sekitar 50 meter.

Saat ditemui awak media, Agus tinggal di gubuk reyot seluas sekitar 1x2 meter. Kepada wartawan, Agus mengaku kalau sudah lama tinggal di tengah hutan mangrove setempat, yakni sekitar 40 tahun.

Itu terpaksa dilakukannya lantaran selepas dirinya keluar dari rumahnya di Yogyakarta, Agus sudah tidak berkomunikasi dengan sanak saudaranya. 

"Setelah berhenti sekolah dasar (SD), saya memilih merantau ke beberapa daerah dan mencari penghasilan untuk hidup dari mengamen," ujarnya, Minggu, 30 Oktober 2022.

Agus menyampaikan kalau selama merantau ia sempat tinggal di Banyuwangi dan Jember. Saat tinggal di Jember, Agus sempat menikah dengan seorang wanita sesama pengamen sampai kemudian berpisah. 

"Kami berpisah karena istri tiba-tiba meninggalkan saya begitu saja. Nah, dari situ, saya kemudian pindah ke Kota Probolinggo dan sempat tinggal di Alun-alun," kata Agus.

Setelah itu, saya memilih tinggal disini (tengah hutan mangrove). Selama hidup di tengah hutan mangrove, suka duka harus dilaluinya, seperti terkena guyuran hujan hingga air pasang dari lautan. 

"Makannya saya taruh barang-barang dengan cara digantung di atas pohon. Itu supaya tidak terkena air laut," tuturnya. 

Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Agus menjelaskan kalau dirinya tetap mengamen dan mengumpulkan barang-barang bekas di sekitar tempat tinggalnya tersebut.

"Dulu sempat juga membuka tempat service kunci, namun karena peminatnya sedikit, akhirnya saya kembali mengamen saja," katanya.

Selama hidup, Agus menyebut sebenarnya sempat didatangi petugas Dinas Sosial untuk pindah. Hanya saja, dirinya menolak dan enggan dipindahkan. Meski usianya sudah lanjut usia dan sakit-sakitan, Agus memilih bertahan di tempat tinggalnya.