Minggu, 16 August 2020 13:00 UTC
KUALITAS EKSPOR. Kerajinan akar kayu jati "Akar Dewa Jati" Situbondo menembus pasar Eropa dan Amerika. Pemilik industri kerajinan tersebut, Innaini, menunjukkan topi terbuat dari akar kayu jati di galerinya, Sabtu, 15 Agustus 2020. Foto: Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo – Kerajinan akar pohon jati asal Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menembus pasar mancanegara meski perekonomian tidak stabil di tengah pandemi Covid-19. Produk mebeler akar pohon jati itu tetap menerima banyak pesanan dari benua Eropa hingga Amerika. Industri kerajinan ini menawarkan berbagai jenis replika abstrak perabotan rumah tangga bernuansa etnik.
Industri kerajinan bernama “Akar Dewa Jati” itu dirintis sejak tahun 1998 pasca reformasi oleh sepasang sumi istri Homaidi dan Innani, warga Dusun Karangayar, Desa/Kecamatan Kendit, Situbondo. Sebagai produk UMKM, mebeler akar pohon mengalami pasang surut mulai terkendala modal, pasar, hingga ditipu pembeli.
“Usaha kami ini ibratnya sudah jatuh bangun. Tapi intinya menjaga kualitas akan jadi modal utama kepercayaan pasar,” kata Innani, Sabtu, 15 Agustus 2020.
BACA JUGA: Optimalkan Pasar Kerajinan di Eropa, Pemprov Gandeng Ithemba
Saat ini, industri kerajinan “Akar Dewa Jati” sudah memiliki 15 orang pekerja dan memproduksi aneka ragam produk kerajinan dari bahan baku akar kayu jati. Selain teksturnya lebih halus dan menarik, akar pohon jati akan terlihat lebih natural dengan desain nuasa etnik.
Ada beberapa produk yang laris manis di pasar manca negara seperti topi kayu, sendok, piring, gelas, nampan, vas bunga, tempat hand sanitizer, keramik dari akar kayu, dan berbagai perabotan lainnya. Ada juga kursi dan meja terbuat akar kayu namun hanya melayani pembeli dalam negeri.
Selain menjadi produk kerajinan ekspor, industri kerajinan akar kayu ini sudah memiliki outlet di sejumlah kota besar di Tanah Air seperti NTB, Bali, Surabaya, Jakarta, dan Jawa Barat. Kerajinan ini juga terjual melalui market place.
“Banyak outlet perorangan yang barangnya dari kami. Untuk pasar di luar negeri ke Malaysia, Singapura, Jepang, Inggris, Jerman, dan Kenada serta Abu Dabi di Timur Tengah. Paling rutin pengiriman barang ke Jerman sebanyak 10 ribu produk dengan berbagai item kerajinan setiap bulannya,” kata Innani
BACA JUGA: Kerajinan Jatim Masuk Pasar Prancis
Beberapa waktu lalu, menurutnya, ada pemesanan produk semacam nampan kecil untuk tempat makanan dari Jepang namun ditolak karena permintaan barangnya terlalu banyak. Pembeli meminta pengiriman barang 10 ribu item setiap bulannya.
“Mereka datang kesini dan melihat langsung proses pembuatannya. Kami hanya menyanggupi 5.000 item karena pekerja kami terbatas dan masih melayani pemesan lokal maupun dari negara lain,” ujar Innani.
Pernyataan senada diungkapkan Homaidi. Pria berusia 42 tahun itu mengaku selalu menjaga kualitas industri kerajinannya untuk menjaga kepercayaan pasar. Semua kerajinan perabotan tidak menggunakan alat kimia dan sudah menjalani uji laboratorium. Semua pembeli dari luar negeri juga sudah melakukan uji kualitasnya.

KREATIF. Pengunjung melihat berbagai jenis kerajinan dari akar kayu jati berkualitas ekspor di galeri "Akar Dewa Jati" Situbondo, Sabtu, 15 Agustus 2020. Foto: Hozaini
Homaidi menjelaskan hanya kerajinan keramik menggunakan campuran ranting pohon jati untuk mempercantik motifnya. Ranting pohon jati yang selama ini dibuang atau hanya dijadikan kayu bakar, bisa ‘disulap’ menjadi motif keramik unik bernuansa etnik.
“Keramik kayu jati banyak sekali pemesannya untuk mempercantik dinding rumah. Sekarang warga sekitar sini tidak lagi membuang-buang ranting pohon jati karena mereka menjualnya ke kami,” ujarnya.
BACA JUGA: Di Balik Bengkel Gebyok Mempunyai Nilai Seni Jadi Pundi Rupiah Ratusan Juta
Homaidi menambahkan tempat industri kerajinannya juga sudah dijadikan tempat magang siswa SMK jurusan Griya Kayu. Ada pula kelompok mahasiswa, ibu-ibu PKK, dan beberapa kelompok pengrajin lainnya dari luar kota studi banding ke tempat geleri “Akar Dewa Jati”.
“Untuk siswa yang magang di sini berasal dari SMK di Bondowoso. Biasanya mereka di sini sampai empat bulan. Ada juga mahasiswa dari Malang, Jember, dan Probolinggo melakukan studi banding ke sini melihat proses pembuatan kerajinan,” katanya.
Industri kerajinan akar kayu jati ini sudah menerima banyak penghargaan dari pemerintah maupun perusahaan event organizer. Industri ini juga mengantongi sertifikat Kompetensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi tahun 2010 dan penghargaan dari International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) tahun 2015.
“Untuk pendapatan memang berfluktuasi. Tahun lalu (2019) kami mendapat penghasilan sekitar Rp500 jutaan setahun,” ujarnya.