Rabu, 27 February 2019 01:13 UTC
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Foto: Baehaqi Almutoif.
JATIMNET.COM, Surabaya – Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita tahun ini menargetkan pertumbuhan ekspor mencapai 7,5 persen. Angka itu paling realistis ditengah terpuruknya perekonomian global.
Dasar ditetapkannya target tersebut tidak lepas dari realisasi pertumbuhan ekspor pada tahun 2018 silam yang tercapai 6,5 persen. Realisasi tersebut meleset jauh dari target APBN yang mencapai 11 persen.
“Karena itu kami mempercepat penandatangan berbagai perjanjian dagang,” ujar Enggar, sapaannya, usai menghadiri acara seminar bincang bisnis Optimisme Perdagangan dan Ekonomi 2019 di Spazio Surabaya, Selasa 26 Februari 2019.
Menurut menteri berusia 67 tahun itu, sudah banyak negara yang menandatangani Preferential Trade Agreement (PTA) atau pakta perdagangan antara dua negara yang mengurangi tarif untuk produk tertentu.
Negara tetangga Indonesia di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand bahkan Kamboja sudah mulai menjalin kerjasama tersebut.
Indonesia, lanjut Enggar, juga tengah menjalin kerjasama PTA dengan sejumlah negara. Tidak hanya negara di Asia, namun hingga Afrika. "Indonesia-Mozambik pada awal Maret nanti sudah dimulai. Kemudian on going process dengan Tunisia dan Maroko,” bebernya.
Politisi Partai Nasional Demokrat itu berharap, tahun ini ada dua PTA yang ditandatangani. Dengan begitu yang semula 13 PTA bertambah menjadi 15 PTA.
Ihwal komiditi yang dikirim, Enggar mengakui bahwa masih bergantung pada sawit dan batu bara. Dua komoditas tersebut menyumbang devisa besar bagi negara. Indonesia belum bisa melepas dari ketergantungan pada kedua komoditi tersebut.
Kendati demikian, menteri kelahiran Cirebon ini menyebut pemerintah sedang menggenjot industri manufaktur. Mendorong industri melakukan subtitusi bahan baku di dalam negeri.
“Dengan begitu ketergantungan impor akan berkurang. Tapi itu tidak bisa instant, tidak bisa cepat, butuh proses panjang,” tandasnya.