Sabtu, 02 March 2019 00:47 UTC
Ilustrasi: Pixabay.com
JATIMNET.COM, Jakarta - Kementerian Perindustrian meyakini produk pengolahan nonmigas menjadi penopang dalam perolehan nilai ekspor Indonesia. Karena itu, pemerintah terus menggenjot kinerja industri manufaktur berorientasi ekspor.
Tujuannya memperkuat struktur perekonomian nasional saat ini.
“Pertumbuhan ekonomi ke depannya berbasis pada pertumbuhan industri. Pemerintah sedang mencarikan formulanya untuk semakin meningkatkan ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pertemuan dengan para pelaku usaha di Bogor, Jawa Barat, Jumat 1 Maret 2019.
Kegiatan ini dihadiri sebanyak 230 orang yang terdiri dari direkur hingga CEO perusahaan swasta dan BUMN serta perwakilan asosiasi berbagai sektor manufaktur, di antaranya industri kimia, tekstil, farmasi, logam, mesin, alat transportasi, elektronika, dan agro.
BACA JUGA: Making Indonesia 4.0 Pembangkit Ekspor Industri Manufaktur
Airlangga menjelaskan, perlu melihat tingkat utilisasi dalam upaya mendongkrak ekspor dari sektor industri. Oleh karenanya, langkah strategis yang dipacu antara lain melalui penambahan investasi dan ekspansi. Ini juga akan membawa dampak pada penyerapan tenaga kerja dan hilirisasi.
“Kalau kita lihat, 80 persen impor besar Indonesia adalah bahan baku penolong. Artinya, ini untuk menunjang produktivitas sektor industri. Sisanya capital goods," katanya.
Tetapi menariknya, ia menambahkan ekspor capital goods juga meningkat. Hal ini menandakan kemampuan industri di Indonesia sudah kompetitif di kancah global.
Pada 2018, ekspor nonmigas mencapai USD 162,65 miliar atau naik 6,25 persen dibanding perolehan tahun 2017 sebesar USD 153,03 miliar. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas tahun ini sebesar 7-9 persen.
BACA JUGA: Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Terus Meningkat
“Industri konsisten memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB nasional. Salah satunya terlihat dari capaian ekspor, di mana tahun lalu menyumbang sebesar 72,25 persen. Maka ini yang harus kita dorong terus,” ungkap Airlangga.
Adapun lima sektor manufaktur yang pertumbuhannya di atas lima persen dan memiliki catatan kinerja ekspor gemilang di tahun 2018, yakni industri makanan dan minuman yang nilai ekspornya mencapai USD 29,91 miliar, disusul industri tekstil dan pakaian jadi sebesar USD 13,27 miliar, serta industri logam dasar USD 15,46 miliar.
Selanjutnya, industri karet, barang dari karet dan plastik menembus hingga USD 7,57 miliar, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki di angka USD 5,69 miliar.
Di samping itu, sepanjang 2018, kinerja ekspor positif juga dicatatkan oleh industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, menorehkan nilai ekspornya sebesar USD 13,93 miliar, kemudian ekspor kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer, dan alat angkutan lainnya menembus angka USD 8,59 miliar, serta pengapalan barang komputer, barang elekronik dan optik mencapai USD 6,29 miliar.