Logo

Kasus Omicron di Surabaya Didominasi Usia 5-17 Tahun

Reporter:,Editor:

Selasa, 15 February 2022 01:40 UTC

Kasus Omicron di Surabaya Didominasi Usia 5-17 Tahun

Ilustrasi.

JATIMNET.COM, Surabaya - Orang tua atau orang dewasa diimbau untuk tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan selama berada di rumah saat mendampingi anak-anak. Sebab, anak-anak di Kota Pahlawan rawan terpapar Covid-19 varian Omicron.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku di Kota Surabaya terdapat kasus Omicron pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh tingkat aktivitas dan mobilitas tinggi dari para orang tua atau orang dewasa, yang memicu munculnya kluster keluarga.

“Rata-rata anak yang terpapar varian Omicron didominasi usia 5-17 tahun. Kasus Omicron pada anak, sebesar 17,39 persen dari total kasus Omicron yang terkonfirmasi di Kota Surabaya,” kata Eri, Selasa 15 Februari 2022.

Baca Juga: Kasus Omicron Meningkat, Ini Tips Menghadapinya

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan anak-anak juga mudah terpapar saat melakukan aktivitas atau kegiatan di tempat umum atau di ruang publik. “Kegiatan di tempat umum juga mendominasi kasus Omicron pada anak-anak,” kata Nanik.

Untuk proses penanganannya, anak-anak yang terpapar varian Omicron juga diarahkan untuk melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter) yang telah disediakan yakni di Hotel Asrama Haji (HAH).

“Ketika melakukan isolasi di HAH, orang tua dapat mendampingi anak-anak mereka disana, hingga anak tersebut dinyatakan sembuh,” ia menuturkan.

Baca Juga: Ini Cara Menangani Omicron

Sedangkan terkait tingkat kesembuhan, rata-rata pada kasus konfirmasi dengan gejala asimptomatik dan ringan membutuhkan waktu selama  3-7 hari. Serta, tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari.

“Ini merupakan masa isolasi optimal meskipun hasil swab sudah negatif. Bahkan ada yang lebih cepat sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing pasien,” ia menerangkan.

Tak hanya itu saja, Nanik mengaku bahwa tingkat kesembuhan pada anak-anak sangat tinggi. Sebab sampai saat ini belum ditemukan kasus yang membutuhkan perawatan khusus pada anak-anak.

“Namun, terkait dengan pelaksanaan vaksinasi booster pada sasaran anak masih menunggu instruksi dari Kemenkes RI,” ia menegaskan.