Logo

Kaos"Keadilan Gender" Spice Girls Diproduksi Buruh Berupah Rp 6.500

Reporter:

Selasa, 22 January 2019 08:30 UTC

Kaos"Keadilan Gender" Spice Girls Diproduksi Buruh Berupah Rp 6.500

Kaos #IWANNABEASPICEGIRL di instagram @spicegirls

JATIMNET.COM, Surabaya - Kaos kreasi grup musik Spice Girls yang digunakan untuk menggalang dana gerakan “keadilan gender” dari Comic Relief, ternyata dibuat dalam pabrik garmen yang menindas buruh di Bangladesh. Buruh dibayar 35 pence atau sekitar Rp 6.500 per jam, serta menerima kekerasan verbal dari manajer pabrik. Temuan itu berasal dari hasil investigasi Guardian.

Buruh pabrik yang sebagian besar perempuan dipaksa bekerja hingga 16 jam sehari. Upah sebesar Rp 6.500 per jam dengan waktu kerja 54 jam seminggu jauh dari tuntutan serikat pekerja yakni 16.000 Taka atau sekitar Rp 2,7 juta. Karyawan dipaksa bekerja lembur untuk mencapai target. Menjahit ribuan pakaian sehari dan dipaksa bekerja hingga 16 jam. Pekerja yang tidak memenuhi target disebut dengan panggilan “anak pelacur”, sementara yang lain dipaksa bekerja meskipun sedang sakit.

Temuan ini berdasar pada pengakuan buruh sekaligus dokumen slip gaji sebesar 82 poundsterling atau sekitar Rp1,5 juta per bulan.

Mereka memproduksi kaos warna putih bertulis  “#iWannaBeASpiceGirl” di bagian depan serta pesan bertulis “gender justice” atau keadilan gender di bagian belakang.

Kaos amal itu dijual seharga 19,40 poundsterling atau sekitar Rp 355 ribu perbuah. Hasil penjualan akan disumbangkan ke Comic Relief untuk membantu membiayai kampanye “memperjuangkan kesetaraan untuk perempuan”.

BACA JUGA: 30 Perusahaan Incar Buruh di Bursa Kerja Situbondo

Badan amal itu seharusnya menerima 11,60 poundsterling atau sekitar Rp 209 ribu untuk setiap kaos yang didesain oleh Spice Girls itu. Namun Comic Relief mengaku belum menerima uang hasil penjualan dari kaos amal itu. Comic Relief mengatakan mereka terkejut dan khawatir atas temuan ini.

Hal serupa juga dikatakan oleh juru bicara Spice Girls. Sejak awal mereka menginginkan kemitraan dengan gerakan ini lantaran kampanye tentang kesetaraan dan pergerakan manusia telah menjadi bagian dari denyut jantung Spice Girls.

Mereka pun mengaku terkejut dengan temuan ini seraya berkomitmen untuk melakukan penyelidikan dalam pabrik menggunakan dana pribadi.

Spice Girls dan Comic Relief juga telah memeriksa kredensial etika dari Represent, yaitu pengecer daring yang mendapat tugas membuat kaos dari Spice Girl. Diketahui produsen pembuat kaos ternyata berganti tanpa sepengetahuan mereka.

BACA JUGA: Mantan Buruh Pabrik Sulap Limbah Jadi Karya Seni

Atas penyalahgunaan ini Represent menyatakan bertanggung jawab penuh dan akan mengembalikan uang pelanggan berdasarkan permintaan band. Yaitu menyumbangkan keuntungan untuk gerakan kampanye “mengakhiri ketidakadilan”.

Namun pihak pembuat kaos, Intersoff Apparels membantah temuan ini. Meskipun mereka mengaku akan menyelidikinya. “Itu sama sekali tidak benar”.

Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa seorang menteri dalam pemerintaan koalisi otoriter Bangladesh ikut andil dalam kepemilikan pabrik itu. Pemerintahan koalisi itu memenangi 96 persen suara bulan lalu lewat pemilihan yang menuai banyak kritik.

Industri garmen menjadi penopang perekonomian penting di negara asal pemenang Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus. Hasil industri garmennya menyumbang 80 persen ekspor Bangladesh. Uni Eropa menjadi importir terbesar produk garmen di tahun 2013, disusul negara lain seperti Amerika, Jepang, China, Australia, Turki dan Brazil.

Di sisi lain, sektor yang menyerap lebih dari empat juta pekerja ini juga menuai beragam kontroversi. Seperti upah rendah dan kondisi kerja yang tidak aman.