
Reporter
Dyah Ayu PitalokaSelasa, 23 April 2019 - 12:16
Editor
Dyah Ayu Pitaloka
Ilustrasi
JATIMNET.COM, Surabaya – Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene menyatakan, jika bom bunuh diri yang meledak di tiga gereja dan empat hotel bermotif balas dendam, atas tragedi penembakan di Selandia Baru.
Jumlah korban kini meningkat menjadi 321 meninggal, dan 500 terluka.
“Penyelidikan penting telah mengungkapkan jika ini (ledakan di Sri Lanka) berkaitan dengan penyerangan masjid di Selandia Baru,” kata Wijewardene di depan parlemen, dikutip dari Reuters, Selasa 23 April 2019.
Namun, Wijawardene tidak menjelaskan, kaitan antara ledakan di Sri Lanka dengan penembakan yang menewaskan 50 muslim di Selandia Baru, pada 15 Maret lalu.
BACA JUGA: Menag Sebut Ledakan Bom di Sri Lanka Tragedi Kemanusiaan
Wijewardene melanjutkan, jika dua kelompok Islam Sri Lanka, Jemaah Tauhid Nasional dan Jamiyathul Milathul Ibrahim, bertanggung jawab atas ledakan pada Minggu pagi.
Ia melanjutkan, jika negara Islam (ISIS) biasanya cepat mengklaim sebagai pelaku atas serangan terhadap warga asing atau kelompok keagamaan, entah mereka terlibat atau tidak.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan pada parlemen, jika mereka sedang mencari kaitan dengan jaringan asing.
Pada awal Selasa 23 April 2019, pemerintah dan sumber militer di Sri Lanka menyatakan, jika sejumlah warga Suriah turut ditangkap di antara 40 terduga, yang diselidiki dalam kaitannya dengan ledakan bom.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Kecam Teror Bom di Sri Lanka
“Dia ditangkap setelah melakukan interogasi dengan tersangka lokal,”kata salah satu sumber menuturkan tentang warga Suriah yang ditangkap.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghubungi PM Wickremesinghe pada Senin, terkait dukungan bantuan AS, dalam menemukan pelaku peledakan.
Washington Post mengutip narasumber anonim mengatakan, jika Biro Penyelidikan Federal (FBI) telah dikirim ke Sri Lanka, untuk membantu investigasi.
FBI dikatakan membantu untuk memeriksa bukti, dan menghimpun data untuk informasi, kata Washington Post.
BACA JUGA: PM Sri Lanka Sebut Ada Informasi Awal Sebelum Ledakan
Pasukan kontra terorisme dari Inggris, juga didatangkan pada Selasa, kata seorang diplomat di Kolombo.
Sementara itu, pemerintah Sri Lanka telah mengumumkan hari berkabung nasional pada Selasa 23 April 2019. Sejumlah pemakaman korban juga berlangsung hari ini.
Sikap itu dikeluarkan pemerintah, di antara tekanan, terkait mengapa tidak ada sikap yang dilakukan mengikuti peringatan serangan dari Jemaah Tauhid Nasional, di awal bulan.
Sebelumnya, pemerintah menerima petunjuk dari India bulan ini, terkait kemungkinan serangan terhadap gereja yang dilakukan oleh Jemaah Tauhid Nasional.
BACA JUGA: Ledakan Bom di Srilanka Tewaskan 207 Orang
Kementerian di pemerintah mengatakan, jika PM Wickremesinghe tidak mendapatkan informasi itu, dan telah dikeluarkan dari pertemuan keamanan karena sedang berselisih paham dengan Presiden Maithripala Sirisena.
Sirisena memecat Wickremesinghe, namun kemudian mencabut pemecatan di bawah tekanan dari Mahkamah Agung.
Saat ini, departemen Negara Amerika Serikat, dalam imbauan bepergiannya, menuliskan jika “kelompok teroris” masih mungkin melakukan serangan susulan di Sri Lanka.
Sedangkan, kedutaan Cina memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Sri Lanka dalam waktu dekat, karena “risiko keamanan yang tinggi,”.
BACA JUGA: Facebook Perketat Video Streaming
Cina menjadi investor besar bagi Sri Lanka. Kedutaan Cina menyebutkan satu warganya meninggal, lima terluka, dan lima belum diketahui keberadaanya.
Sebelumnya, ledakan di Kolombo terjadi pada Minggu, 21 April 2019 pagi.
Enam ledakan pertama yang menyasar tiga gereja dan tiga hotel mewah terjadi dalam kurun waktu 20 menit.
Dua ledakan berikutnya, berlangsung di sebuah hotel di luar kota, dan sebuah rumah di pinggiran ibu kota, terjadi pada petang hari.
BACA JUGA: Reformasi Kepemilikan Senjata di Selandia Baru Menuai Penolakan
Sebagian besar korban adalah warga Sri Lanka, meskipun pemerintah mengatakan 38 warga asing ikut tewas.
Organisasi PBB untuk anak-anak menyebut 45 anak turut menjadi korban.
Rekaman dari CNN menunjukkan, seorang pelaku bom bunuh diri mengenakan tas punggung berat, dan menepuk seorang anak, sebelum masuk ke dalam gereja Sebastian di Katuwapitiya, Utara Kolombo.
Puluhan jemaah meninggal di dalam gereja itu.