Minggu, 30 September 2018 04:11 UTC
Sumber: Pusat Data Informasi dan BNPB. Ilustrator: Gilas Audi.
JATIMNET.COM, Jakarta – Pasca gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat 28 September 2018 petang, BMKG mencatat telah terjadi gempa susulan hingga 201 kali hingga Minggu 30 September 2018 sekira pukul 10.00 WIB seperti dilansir Antara.
Cuaca di Donggala tercatat cerah berawan pada Minggu pagi dan berawan pada siang, malam hingga dini hari dengan suhu udara 24-35 derajat Celcius dan kelembaban 50-90 persen.
Begitu pula dengan cuaca di Palu pada Minggu pagi tercatat cerah berawan dan berawan pada siang, malam hingga dini hari dengan suhu udara mencapai 24-33 derajat Celcius dan kelembaban 50-85 persen.
Tim gabungan Basarnas Makassar, Sulsel, dan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), telah bergerak untuk membantu melaksanakan misi penyelamatan dan pemulihan pascagempa bumi di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulteng. Hingga Sabtu malam jumlah korban meninggal dunia mencapai 420 orang.
BACA JUGA: https://jatimnet.com/gempa-dan-tsunami-palu-tewaskan-384-orang/
Berdasarkan pantauan dalam perjalanan di lokasi gempa dari Kabupaten Donggala menuju Kota Palu terlihat bangunan rumah dan jalan rusak parah karena gempa dan tsunami. Beberapa kendaraan roda empat ikut rusak tertimpa reruntuhan bangunan dan tanah longsor.
Di wilayah Kota Palu tampak warga memadati lapangan dan ruang terbuka untuk beristirahat untuk menghindar dari terjadinya gempa susulan.
Suasana ibu kota Provinsi Sulteng itu sangat sepi dan lumpuh dari aktivitas yang biasanya terlihat riuh. Toko-toko pun tutup untuk menghindari hal yang tidak diiginkan.
BACA JUGA: https://jatimnet.com/gempa-guncang-wilayah-palu-dan-donggala/
Dampak gempa tersebut juga terasa pada sektor perekonomian, terlihat warga antre membeli minyak tanah pada mobil tangki BBM, sementara gas elpiji sangat langka di pasaran. Begitu juga kondisi jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi tidak berfungsi dengan baik.
Sejauh ini kondisi di Kota Palu masih kondusif, kendati masyarakat enggan masuk ke rumahnya dan memilih istrahat atau tidur di luar rumah pada lokasi terbuka seperti di lapangan dan pinggir jalan karena masih trauma dan masih terjadi getaran gempa susulan.