Minggu, 15 June 2025 06:00 UTC
: Suasana rapat APTR PG Glenmore dengan manajemen PG Glenmore. Foto: APTR PG Glenmore)
JATIMNET.COM, Jember – Ribuan petani tebu di Jember dan sekitarnya resah. Pemicunya, harga jual tetes tebu dari petani ke pabrik gula anjlok saat musim giling tengah berlangsung.
“Harga tetes tebu terjun bebas jauh dari yang kita bayangkan. Kalau tahun 2024 kemarin, harga tetes tebu di kisaran Rp2 ribu hingga Rp3 ribu per kilogram. Tapi, mulai awal Mei sampai Juni 2025, hanya Rp1 ribu per kilogram,” ujar Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Pabrik Gula (PG) Glenmore Siswono kepada jatimnet.com, Minggu, 15 Juni 2025.
Oleh karena itu, APTR PG Glenmore menggelar rapat khusus dengan manajemen pabrik tersebut. Pertemuan itu menyepakati pengiriman surat dari APTR PG Glenmore kepada DPR RI dan Kementerian Perdagangan.
BACA: Dukung Swasembada Pangan Nasional, Banyuwangi Siap Perluas Lahan Tanam Padi
Surat yang sama juga ditembuskan ke pengurus pusat APTR dan Holding Company Sugar Group (SGN) selaku induk usaha seluruh BUMN pabrik gula di Indonesia.
APTR PG Glenmore mendesak agar pemerintah pusat segera turun tangan menyikapi anjloknya harga tetes tebu di tingkat petani.
"Kami bersurat ke Komisi VI DPR RI yang menjadi mitra Kementerian BUMN. Juga kepada Menteri Perdagangan agar ada tindakan nyata untuk menolong petani," jelas Siswono.
"Sebenarnya, kalau PG Glenmore ini peralatannya sudah canggih. Karena inikan pabrik gula yang relatif masih baru," sambungnya.
BACA: Menjelang Muscab, Fandy Disebut Layak Pimpin HIPMI Jember
APTR PG Glenmore menilai, sudah seharusnya pemerintah dan DPR ikut turun tangan atas anjloknya harga tetes tebu.
Hal ini sebagai bagian dari upaya mencapai kedaulatan pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Cita. Kemudian, diturunkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Nasional.
"Anjloknya sampai lebih dari 50 persen itu jauh diluar ekspektasi kita," tutur pria yang juga politikus Partai Gerindra ini.
Mereka berharap pemerintah dapat memberikan perhatian agar terwujud penetapan harga yang adil dan berkelanjutan bagi petani tebu.
“Swasembada pangan yang dicanangkan dalam Asta Cita kan tidak cuma petani padi. Petani tebu kan juga bagian dari ketahanan pangan,” sambung Siswono.
BACA: Produktivitas Tebu di Malang Naik 9,4 Persen
Anjloknya harga tetes tebu membuat banyak petani tebu yang tidak lagi bersemangat untuk menanam komoditas tersebut.
“Bahkan beredar informasi, meski belum tentu valid- bahwa anjloknya harga tetes tebu ini karena ada permainan elit. Tapi elit siapa, kita belum tahu. Kita berharap agar Komisi VI DPR yang juga membawahi BUMN, agar bisa mencarikan solusi,” tutur pria yang juga anggota DPRD Jember ini.
Para petani tebu, saat ini berada dalam kondisi dilematis di musim panen atau giling ini. Mereka seolah tidak punya pilihan kecuali tetap menjual tetes tebu kepada PG Glenmore.
“Tetes tebu ini kalau disimpan lama, kualitasnya akan menurun. Bisa-bisa kalau terlalu lama disimpan, harganya tidak sampai seribu rupiah per kilogram,” ucap Siswono.
BACA: 27 Produk Unggulan Banyuwangi Penuhi Pasar 80 Negara
Jika pemerintah dan DPR tidak segera mencarikan jalan keluar atas anjloknya harga tetes tebu, APTR PG Glenmore khawatir akan memicu gejolak di akar rumput.
Siswono menilai, pemerintah harus bisa mendorong atau mengintervensi agar petani tebu bisa mendapatkan harga yang layak untuk hasil kerja keras mereka.
“Jangan sampai ada spekulan yang bermain di masalah tetes tebu ini. Juga jangan sampai terjadi situasi tidak kondusif, sehingga petani melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan” pungkas Siswono.
