Senin, 06 October 2025 10:57 UTC
Staf Khusus Menteri Kehutanan, Danik Eka Rahmaningtiyas saat menjadi salah satu pembicara dalam Meru Betiri Service Camp (MBSC) ke-XXVI pada 4 Oktober 2025. Foto: Humas Kemenhut
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Gerakan pelestarian lingkungan terus digelorakan melalui berbagai kegiatan nyata. Salah satunya dilakukan Balai Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) melalui Meru Betiri Service Camp (MBSC) ke-XXVI yang dihelat di Pantai Sukamade, wilayah kerja SPTN I Sarongan, Banyuwangi.
Selama enam hari pelaksanaan, 54 peserta yang merupakan mahasiswea pecinta alam dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Yogyakarta, Bogor, dan Bali berkumpul. Mereka terjun langsung mengikuti beragam kegiatan edukatif dan konservatif sembari memahami secara langsung bagaimana upaya menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan taman nasional.
Rangkaian kegiatan mencakup pengenalan keanekaragaman hayati, praktik konservasi, pengamatan satwa dilindungi, serta aksi penanaman pohon di sekitar kawasan konservasi. Kegiatan lapangan ini resmi berakhir pada Minggu, 5 Oktober 2025.
BACA: Para Menteri dan Pimpinan Lembaga Negara Matangkan Bansos Digital di Banyuwangi
Staf Khusus Menteri Kehutanan, Danik Eka Rahmaningtiyas yang hadir dalam kegiatan tersebut, mendorong peserta untuk menjadi agen perubahan dalam menjaga alam. Ia menekankan bahwa tanggung jawab melestarikan lingkungan bukan hanya milik pemerintah, tetapi juga kewajiban generasi saat ini.
“Kita sejatinya sedang meminjam masa depan. Maka, ketika masa itu tiba, kembalikanlah dalam keadaan utuh — jangan biarkan hanya tinggal kisah tentang kerusakan dan kepunahan,” tegasnya saat dikonfirmasi pada Senin, 06 Oktober 2025.
Kepala Balai TN Meru Betiri, RM Wiwied Widodo menambahkan bahwa MBSC sengaja dirancang sebagai media pembelajaran langsung di alam terbuka. Program ini memberi kesempatan bagi peserta untuk tidak sekadar memahami teori, tetapi juga merasakan langsung pentingnya harmoni antara manusia dan alam.
BACA: Libur Maulid Nabi Dongkrak Jumlah Penumpang di PT KAI Daop Madiun
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membangun kesadaran bahwa konservasi adalah tindakan nyata, bukan sekadar wacana,” jelasnya.
Pemilihan Sukamade sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Kawasan ini dikenal sebagai pusat pemantauan penyu dunia (site monitoring turtle) dan masih menjadi habitat alami bagi berbagai jenis flora serta fauna langka yang dilindungi.
Para peserta, yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, hingga komunitas pecinta alam, mengaku mendapat banyak pengalaman berharga serta wawasan baru tentang konservasi. Mereka menilai kegiatan ini memperkuat rasa tanggung jawab terhadap kelestarian alam di sekitarnya.
Tukik atau anakan penyu yang baru menetas dari telur, merangkak menuju laut lepas yang merupakan bagian dari siklus hidup penyu. (Foto: Pemprov Jatim)
Hingga kini, Meru Betiri Service Camp telah terselenggara sebanyak 26 kali dan konsisten menjadi wadah pembinaan generasi muda untuk menanamkan semangat cinta lingkungan sekaligus memperkuat gerakan konservasi di Indonesia.
BACA: Hari Rabies Sedunia, Puluhan Hewan Peliharaan di Jombang Divaksin Gratis
Dikutip dari situs resmi Pemkab Banyuwangi, Pantai Sukamade yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Meru Betiri, mulai menjadi lokasi konservasi sejak ditemukan pada tahun 1927. Saat itu, para ahli biologi melakukan observasi dan menemukan pola migrasi penyu dan kura – kura laut.
Pantai Sukamade menjadi tempat terbaik untuk melihat penyu -yang merupakan hewan dilindungi- bertelur di habitat aslinya.