Logo

Ganggu Pertanian, Warga Empat Desa di Probolinggo Tutup Tambang Sirtu

Reporter:,Editor:

Rabu, 26 January 2022 07:40 UTC

Ganggu Pertanian, Warga Empat Desa di Probolinggo Tutup Tambang Sirtu

DITUTUP. Warga empat desa di Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo menutup areal tambang pasir dan batu di tepi Sungai Pancar Glagas, Rabu, 26 Januari 2022. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Sejumlah petani dari empat desa di Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, melakukan aksi demonstrasi ke areal penambangan pasir batu (Sirtu) di tepi Sungai Pancar Glagas, Rabu, 26 Januari 2022.

Massa memulai aksinya dengan melakukan longmarch sejauh satu kilometer menuju areal tambang galian C berupa sirtu setempat. Tak hanya membawa sejumlah poster bernada protes, massa juga membawa sebuah kendaraan bak terbuka berpengeras suara. 

Tiba di pintu masuk areal tambang, perwakilan massa bergantian menyampaikan protesnya. Mereka menilai dampak penambangan pasir dan batu di Sungai Pancar Glagas merusak lingkungan sekitar. 

Selain itu, penambangan juga membuat tanggul sungai rusak dan menyebabkan sawah warga yang ada di sekitar sungai tak teraliri air. Kondisi tersebut mengancam rusaknya lahan pertanian warga seluas 295 hektar. 

BACA JUGA: Satpol PP Probolinggo Tutup Tambang Sirtu Ilegal

"Kami minta penambangan pasir dihentikan karena dampaknya terasa bagi petani. Tanaman padi kami banyak yang kering, kalau diteruskan bakal gagal panen," ujar Suhartono, seorang peserta aksi. 

Menurutnya, lahan pertanian yang terkena imbas aktivitas tambang berada di empat desa meliputi Desa Pakuniran, Glagah, Sogaan, dan Sumberkembar. 

Karena aksi massa tak ditemui perwakilan penambang, massa yang geram kemudian ramai-ramai menutup akses masuk areal tambang menggunakan  bambu dan kayu disertai banner tanda ditutup.

Selain itu, sejumlah kendaraan bak terbuka pengangkut hasil tambang sirtu dipaksa keluar dari areal tambang agar tidak melanjutkan aktivitas penambangan.

Guna menghindari kericuhan, kedua belah pihak kemudian diarahkan ke kantor kecamatan guna dilakukan mediasi. 

Camat Pakuniran Imron Rosyadi menyebutkan jika keberadaan tambang pasir batu di wilayahnya sudah mengantongi izin pemerintah. Bahkan, izin diberikan oleh pemerintah provinsi dan daerah.

Terkait tuntutan petani, pihaknya telah memediasi kedua belah pihak, yakni perwakilan petani dan perwakilan penambang pasir dan batu. 

BACA JUGA: Emak-emak di Probolinggo Blokade Jalan Rusak Dilewati Truk Pasir

Dalam pertemuan itu, disepakati pihak penambang diharuskan segera memperbaiki tanggul sungai yang rusak sehingga aliran air yang debitnya sudah turun kembali naik dan bisa kembali mengaliri areal persawahan warga.

"Penambang juga dilarang beraktivitas di jarak 100 meter dari hilir ke hulu. Lalu jalan yang sudah diperbaiki dilarang dilintasi truk tambang, serta areal tambang baru bisa dibuka perbaikan tanggul segera dilakukan," tutur Rosyadi. 

Rosyadi menyampaikan untuk luas areal lahan tambang di Sungai Pancar Glagas ada sekitar 16 hektar dimana jumlah pengusaha penambang resmi satu orang dan lainnya merupakan penambang lokal. 

Sementara itu, perwakilan penambang, M Joyo, mengaku bakal memenuhi tuntutan petani berkaitan perbaikan tanggul sungai. Hanya saja, ia meminta areal tambang bisa segera dibuka agar pekerja bisa beraktivitas kembali. 

Menurutnya, aksi protes warga terjadi lantaran kurangnya komunikasi antara mereka. "Selama ini tidak perwakilan petani yang mau menemui pihak penambang sehingga kami mengikuti saja apa yang menjadi tuntutannya," katanya.