Logo

Fosil Pantat Gajah Purba di Madiun Direkonstruksi

Reporter:,Editor:

Jumat, 21 February 2020 14:30 UTC

Fosil Pantat Gajah Purba di Madiun Direkonstruksi

FOSIL GAJAH. Tim Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran membersihkan fosil pantat gajah purba betina yang berhasil digali di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Rabu, 19 Februari 2020. Foto: Nd. Nugroho

JATIMNET.COM, Madiun - Tim dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran berhasil mengangkat fosil pantat gajah purba betina yang terpendam di halaman rumah Prayitno, warga Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Rabu, 19 Februari 2020.

Fosil yang diangkat dari galian tanah berkedalaman sekitar 75 sentimeter, panjang 2 meter, dan lebar 2,5 meter itu terbagi dalam beberapa potongan. Lubang yang dibuat tidak terlalu dalam lantaran fosil yang awalnya dikira hanya batu kapur sudah nampak di permukaan tanah. 

"Setelah ini (diangkat), fosil dibersihkan dan coba dirangkai (direkonstruksi)," kata Ketua Tim Ekskavasi di Desa Sumberbendo, Albertus Niko. 

BACA JUGA: Fosil Hewan Purba Ditemukan, Arkeolog Akan Lakukan Ekskavasi di Madiun

Proses penyambungan potongan fosil dilakukan di kantor desa setempat. Sebab potongan fosil hewan purba lainnya yang sempat ditemukan warga dikumpulkan dan disimpan di kantor desa setempat. Fosil hewan lainnya seperti fosil gading gajah, tempurung kura-kura, kudanil, dan kepala banteng. 

Fosil-fosil hewan purba ini diperkirakan terpendam dalam tanah selama ratusan ribu tahun. Berdasarkan ciri-ciri fosil dan referensi yang dijadikan acuan tim BPSMP Sangiran, hewan purba itu hidup pada zaman pleistosen dengan rentang waktu 1,8-1,6 juta tahun hingga 10 ribu tahun lalu. 

BACA JUGA: Warga Kabupaten Madiun Wacanakan Pendirian Museum Purba

"Tepatnya 300 ribu sampai 900 ribu tahun lalu," ujar Niko ditemui di lokasi penggalian fosil pantat gajah betina. 

Menurutnya, pada masa itu diperkirakan lokasi penemuan fosil termasuk daerah yang subur. Sebab, banyak didatangi hewan untuk mencari makan. Namun, untuk dapat menganalisa lebih jauh diperlukan proses penelitian lanjutan yang dimungkinkan baru bisa dijalankan tahun depan. 

"Kalau sekarang, kami hanya berusaha menyelamatkan fosil dan meninjau potensinya saja," kata Niko.