Logo

Drama Kolosal Hari Pahlawan, Bupati Gresik Jadi Bung Tomo

Reporter:,Editor:

Minggu, 10 November 2019 11:00 UTC

Drama Kolosal Hari Pahlawan, Bupati Gresik Jadi Bung Tomo

Bupati Sambari Menjadi Bung Tomo dalam drama kolosal di depan kantor bupati, Minggu 10 November 2019. Foto: Agus Salim

JATIMNET.COM, Gresik - Kisah perjuangan 10 Nopember 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan ini dimainkan dalam serial Drama Kolosal. Sekitar 500 orang memainkan Drama Kolosal usai melaksanakan upacara peringatan Hari Pahlawan di Halaman Kantor Bupati Gresik, Minggu 10 November 2019.

Peran penting dimainkan oleh bupati Gresik bersama para pejabat Pemkab Gresik. Bupati Sambari terlibat langsung dan mengambil peran sebagai Bung Tomo. Wakil Bupati Mohammad Qosim berperan sebagai KH. Hasyim Asyhari dan Plh Sekda Gresik, Nadlif berperan sebagai Gubernur Soryo.

Beberapa peran yang lain yang tak kalah penting yaitu, Asisten I Tursilowanto Hariogi berperan sebagai Panglima Sudirman. Kepala Dinas Pariwisata, Halomoan Sinaga mendapat peran sebagai Jenderal Mallaby, dibantu peserta Diklatsar CPNS Pemkab Gresik sebagai tantara penjajah.

Gelaran Drama Kolosal di depan kantor Pemkab Gresik dalam rangka merayakan Hari Pahlawan 10 November 2019

Cerita itu diawali dengan keprihatinan Jenderal Sudirman tentang berkibarnya bendera belanda di hotel Oranye. Kemudian berkumpullah para tokoh guna menyikapi keadaan tersebut. Tampak Bung Tomo (Sambari Halim Radianto) KH. Hasyim Asyhari (Mohammad Qosim) dan Gubernur Suryo (Nadlif), berkumpul.

"Saudara-saudara, jangan menembak dulu. Baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka. kita tunjukkan bahwa kita orang-orang yang benar-benar ingin merdeka. Sikap kita, lebih baik hancur dari pada kita dijajah," teriak tokoh Bung Tomo yang diperankan Bupati Sambari.

Sedangkan tokoh KH Hasyim Asyhari menyampaikan resolusi jihadnya. "Bismillahirrohmanirohim, Hukum mempertahankan kemerdekaan dan membela tanah air bagi kita ummat Islam adalah Jihad Fisabilillah. Niatkanlah menegakkan agama dan membela negara. Kalau kalian mati, InsyaAllah akan syahid dan masuk surga," ujarnya.

Diceritakan, atas keprihatinan dan semangat bung Tomo tersebut pemuda Surabaya ngamuk. Surabaya pun akhirnya memanas dan terjadi pertempuran selama tiga hari antara Brigade 49 dengan pejuang republik dari berbagai elemen. Demi mengupayakan perdamaian mereka melakukan pawai bermobil di Surabaya, pada 30 Oktober 1945.

Massa di depan Gedung Internatio yang semula tampak tenang, timbul amarahnya dengan mengejar iring-iringan dan menutupi jalan hingga terpaksa rombongan berhenti. Mallaby sudah berada di luar mobil yang ia tumpangi sedang pistolnya direbut oleh rakyat yang mengerumuninya. Disanalah Brigjen Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby tewas.

Drama Kolosal yang dimainkan sangat bagus oleh Bupati dan Pejabat Pemkab Gresik. Hal itu diakui oleh sang Sutradara Bambang Hermanto. Bahkan banyak gerakan dan ungkapan diluar narasinya dikarenakan saking menjiwainya arti Hari Pahlawan yang mereka perankan.

"Sangat bagus, saya tidak mengira bisa lancar dan bagus. Padahal tidak pernah latihan dan hanya sekali ketemu saat gladi bersih kemarin. Namun saat melihat pementasan barusan saya puas. Semuanya berjalan sesuai skenario, dan inprufisasi dari mereka," katanya.

Masih menurut Bambang, menggarap pementasan yang pemainnya para pejabat yang sibuk tidak mudah. Karena tidak adanya kesempaan latihan. "Kami hanya memberikan plot cerita secara tertulis sekaligus meminta untuk menyiapkan propertynya. Ternyata mereka juga sukses. Bahkan saya melihat ada beberapa dialog diluar skenario, tapi tampak pas dan cerdas," tukas Bambang. 

Usai menggelar Drama Kolosal, Bupati kembali menyampaikan bahwa memperingati Hari Pahlawan ini senantiasa selalu dipupuk dalam jiwa masing masing masyarakat khusunya para pegawai. Dengan terus memperjuangkan pembangunan dan jujur melayani masyarakat Gresik khususnya.