Selasa, 26 February 2019 02:35 UTC
no image available
JATIMNET.COM, Surabaya - Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur membuat terobosan penggunaan smartphone atau gawai dalam Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) SMA 2019. Tidak ada spesifikasi khusus, asal memakai sistem android sudah dapat digunakan mengerjakan soal.
"Pokok ada androidnya sudah bisa digunakan," ujar Kepala Dindik Jawa Timur Saiful Rahman di Kantor PWNU Jawa Timur, Senin 26 Februari 2019.
Bukan kewajiban, yang ingin menggunakan komputer tetap dipersilakan. Untuk yang ingin menggunakan gawai tak perlu dikarantina dulu. Bisa langsung dibawa ke sekolah.
BACA JUGA: Jatim Terapkan Penggunaan Smartphone untuk Ujian Siswa SMA
Sebelum ujian dimulai, petugas akan memberikan cara mengunduh aplikasi yang dipakai mengerjakan soal. Siswa tinggal menginstal dan memasukkan sandi dari pengawas ujian.
Begitu sudah masuk, seluruh sistem gawai akan terkunci. Hanya aplikasi mengerjakan soal saja yang bisa dioperasionalkan. Selebihnya, seperti Whatsapp, catatan ataupun mesin pencari tidak dapat diakses.
BACA JUGA: Dindik Jatim Gunakan Satelit untuk Selenggarakan USBN-BKS Daring
"Hasil tesnya langsung masuk ke kepala dinas, ke saya. Jadi saya tahu bagaimana kualitas sekolah itu," ungkap Saiful Rahman.
Doktor bidang manajemen pendidikan itu mengaku inovasi yang dipakai ini murni milik Jawa Timur. Aplikasi dibuat oleh internal Dindik Jatim. Perkara keamanan atau kekhawatiran soal bocor, Saiful Rachman memastikan bahwa seluruhnya aman.
Hanya saja, sistem yang dinamakannya berbasis komputer dan smartphone ini baru bisa dilaksanakan saat USBN. Sedangkan ujian nasional, masih menggunakan komputer.
BACA JUGA: Kemenag Susun Soal USBN Agama Khonghucu
Saiful Rachman menyebut telah menganggarkan Rp 20 milliar tahun ini guna pengadaan komputer di sekolah. "Mungkin nanti saya usulkan ke Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) ke depan kan jadi lebih bagus," sebutnya.
Sebenarnya Saiful Rahman sudah usul penggunaan gawai ini untuk diaplikasikan secara nasional. Namun rupanya usul tersebut belum diterima. Tak jelas alasannya. "Nasional ada kebijakannya sendiri. Tak masalah. Tapi saya pastikan ini aman proteksinya," tuturnya.
Ia berharap penggunaan gawai di ujian akhir menjadi terobosan guna memangkas tiga sesi waktu yang selama ini berlaku. "Kalau satu sesi bisa mengurangi tingkat stres siswa juga," tandasnya.