Logo

Hanya Dengan Rp 500 Ribu Masyarakat Bisa Deteksi Dini Kanker Panyudara

Reporter:

Minggu, 15 July 2018 11:05 UTC

Hanya Dengan Rp 500 Ribu Masyarakat Bisa Deteksi Dini Kanker Panyudara

Dr dr Anggraeni Dwi, Specialis Radiologi Konsultan Siloam Hospitals Surabaya memberikan penjelasan mengenai alat momografi untuk mendeteksi kanker payudara. dia didampingi dr Maria M Padmidewi, SpPK selaku CEO dari Siloam Hospitals Surabaya dalam mel

JATIMNET.COM – Masyarakat yang memiliki penyakit kanker atau indikasi kanker tak perlu risau. Siloam Hospitals Surabaya memiliki alat momografi untuk deteksi dini kanker payudara dengan biaya sangat minim.

“Saat ini biaya untuk menggunakan alat momografi yang dibebankan ke pasien sebesar Rp 500.00. Ini masih promo, kalau normalnya sekitar Rp 800.000,” kata Specialis Radiologi Konsultan Siloam Hospitals Surabaya, Dr dr Anggraeni Dwi, , Minggu, 15 Juli 2018.

Anggraeni mengatakan, deteksi dini kanker payudara lebih awal itu sangat penting. Karena, dengan melakukan dekteksi dini berarti bisa mengobati kanker secara total. Namun jika terlambat, maka proses penyembuhan yang dialami tidak bisa dilakukan secara menyeluruh.

Kanker payudara dan kanker mulut rahim, lanjut dia,  merupakan dua kanker yang sangat ditakuti bagi wanita. Di Indonesia diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena penyakit kanker payudara. Data agency for research on cancer (IARC) Globocan tahun 2012 mencatat, sebanyak 1,7 juta wanita terdiagnosis (insidensi) kanker payudaya.

“Kami ingin memberikan pemahaman tentang deteksi dini kanker payudara kepada masyarakat,” ungkap Anggraeni di sela seminar ‘Deteksi Dini Kanker Payudara Sebelum terlambat’ di Siloam Hospitals Surabaya.

Kedatangan alat momografi, lanjut dia, semakin mempermudah untuk mendeteksi lokasi-lokasi kanker yang paling sulit. Karena, alat ini didesain untuk mencari titik lokasi yang sulit terjangkau, misalnya dibawah putting susu. Mamografi tegas Anggraeni merupakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X.

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi jika ada sel yang abnormal pada payudara. Pemeriksaan dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki alat mamografi, dan bagi perempuan berusia 40 tahun ke atas disarankan menjalani pemeriksaan ini secara rutin setiap tahun atau sesuai dengan saran dokter.

“Untuk screening menanggulangi kanker payudara, sesuai kesepakatan dokter di Amerika bisa dilakukan dengan usia 40 tahun. Meski demikian dibawah usia tersebut pun bisa dengan tujuan mengantisipasi lebih dini,” paparnya.

Prof Dr dr Ami Ashariati, Spesialis Penyakita Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik Siloam Hospitals Surabaya mengatakan, cara mendeteksi kanker payudara terbagi menjadi empat, yaitu SADARI (periksa payudara sendiri), mamografi, pemeriksaan ultrasonografi, magnetic resonance imaging (MRI), dan biopsi.

“Jadi nanti ada tim yang menangani setiap ada pasien kanker payudara. Tim ini akan berdiskusi untuk menentukan tahapan langkah selanjutnya,” katanya.

Tim ini, lanjut Ami, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, karena masing-masing dokter dengan spesialisnya bertanggung jawab untuk membeberkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Dari komunikasi bersama ini, dokter-dokter ini mengambil langkah untuk penyembuhan bagi penderita kanker payudara. “Tidak bisa prosesnya dilangkahi, tim dokter ini yang melangkah bersama,” jelas dia.