Senin, 22 September 2025 06:20 UTC

Mahasiswa dan dosen FK Unusa memberikan edukasi pada para imigran tentang deteksi dini penyakittumor otak di di Rusunawa Graha Aparna Jemundo, Kabupaten Sidoarjo, Senin, 22 September 2025. Foto: Januar
JATIMNET.COM, Surabaya – Upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit serius terus digencarkan kalangan akademisi. Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa edukasi mengenai tanda dan gejala tumor otak kepada kelompok pengungsi internasional (refugees) di Rusunawa Graha Aparna Jemundo, Kabupaten Sidoarjo, Senin, 22 September 2025.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FK Unusa Dwikoryanto menjelaskan pemilihan sasaran kegiatan kali ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelompok refugees menghadapi tekanan hidup yang relatif lebih besar.
Kondisi tersebut, menurut dia, berpotensi membuat mereka lebih rentan terhadap munculnya gangguan kesehatan, termasuk tumor otak.
“Kami ingin memberikan bekal pengetahuan kepada para refugees agar mampu mengenali gejala awal tumor otak, seperti sakit kepala berkepanjangan, gangguan penglihatan, atau perubahan perilaku. Semakin cepat diketahui, maka peluang pengobatannya juga lebih besar,” kata Dwikoryanto.
Kegiatan yang diikuti 14 peserta itu mendapat perhatian serius dari para refugees. Mereka mengikuti materi dengan antusias dan bahkan tidak sedikit yang membagikan pengalaman pribadi terkait gejala kesehatan yang pernah dirasakan.
Acara dibuka oleh Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) FK Unusa Hafid Algristian. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar penyuluhan biasa, melainkan bentuk nyata komitmen Unusa dalam menjangkau kelompok masyarakat rentan.
“Ini bukan hanya soal edukasi kesehatan, tapi bagian dari komitmen kami untuk hadir di tengah kelompok rentan. Meski langkahnya kecil, kami berharap dampaknya bisa signifikan,” ujar Hafid.
Pihak International Organization for Migration (IOM) yang menaungi para pengungsi juga menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi tersebut. Program Associated IOM Surabaya, Rakhman Fernando, menilai kegiatan edukasi kesehatan dari FK Unusa sejalan dengan misi lembaganya.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif dari FK Unusa. Kegiatan seperti ini sejalan dengan misi IOM untuk memastikan refugees mendapatkan informasi kesehatan yang memadai,” kata Rakhman.
Tidak hanya melibatkan dosen, kegiatan ini juga memberi kesempatan kepada mahasiswa FK Unusa untuk terlibat langsung dalam pelaksanaan acara. Hal ini dinilai sebagai sarana belajar yang penting bagi mahasiswa, khususnya mengenai komunikasi kesehatan lintas budaya.
Ke depan, tim pengabdian masyarakat FK Unusa berencana menyempurnakan program serupa dengan layanan pemeriksaan kesehatan sederhana. Evaluasi yang dilakukan setelah acara menunjukkan bahwa peserta lebih antusias ketika edukasi kesehatan dipadukan dengan pemeriksaan langsung.
Kegiatan edukasi tumor otak tersebut menjadi bagian dari rangkaian kerja sama jangka panjang antara FK Unusa dan IOM dalam meningkatkan kesejahteraan kelompok refugees di Indonesia.
Melalui pendekatan humanis dan edukatif, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini tumor otak semakin meluas, termasuk di kalangan pengungsi internasional.
