Kamis, 26 July 2018 02:45 UTC
Ketua KPPU Surabaya Dendy Rakhmad Sutrisno (baju putih) berbincang dengan salah seorang pedagang ayam potong di Pasar Wonokromo, Surabaya, Kamis, 27 Juli 2018.
JATIMNET.COM – Menyusul harga daging ayam broiler (potong), membuat Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Perwakilan Surabaya melakukan sidak (inspeksi mendadak) untuk mengetahui harga kebutuhan di Pasar Wonokromo, Kamis, 26 Juli 2018.
KPPU mendatangi beberapa kios pedagang dan komoditas. Seperti daging sapi, kambing dan ayam. Hal itu dilakukan melihat dalam kurun waktu sebulan terakhir ini harga daging melondak sangat signifikan.
Seperti diungkapkan salah seorang penjuang daging ayam potong, Munifah, kalau seminggu belakangan ini harga daging ayam per kilogramnya kisaran mencapai Rp 39-40 ribu. “Padahal minggu lalu masih Rp 35 ribu,” ungkap Munifah.
Perempuan asal Menganti Gresik ini mengaku, lonjakan harga ini paling tinggi yang dialaminya. Bahkan mengalahkan saat momen Lebaran lalu, harganya berkisar Rp 37-38 ribu. Untuk harga ayam di kandang saja mencapai Rp 26-27 ribu.
Sementara untuk harga komoditas telur sendiri diketahui sudah menurun. Hal ini diungkapkan oleh Haji Markat (43 tahun). Ia menyebutkan harga truk harga telur yang dijualnya saat ini turun dari Rp 25-27 ribu menjadi Rp 23 ribu.
Ketua KPPU Surabaya, Dendy Rakhmad Sutrisno menyebutkan, dipilihnya pasar Wonokromo karena pasar ini menjadi salah satu acuan dari siskaperbapo yang menunjukkan tren menurun untuk komoditas ayam termasuk telur.
“Setelah diketahui bahwa harga ayam berkisar antara Rp 38-40 ribu, rata di seluruh kios,” ujar Dendy Rakhmad Sutrisno
Menurut dia, kenaikan ini dipicu oleh harga jual ayam di kandang yang juga meningkat. Oleh karena itu untuk menindaklanjuti survei pasar ini, ia akan melakukan survei di tingkat peternak.
Ia juga berencana memanggil enam orang, namun ia tidak menjelaskan apakah itu distributor atau pihak lainnya. “Senin besok akan kita panggil,” pungkas dia.
Namun pihaknya tidak sepenuhnya menyalakan pedagang pasar tradisional karena memang manajemen suplemennya berbeda dengan retail modern yang mereka lebih stabil karena ada kesepakatan yang jelas antara distributor dengan pihak ritelnya.