Kamis, 10 November 2022 23:00 UTC
Suasana pelatihan multimedia Di Balai Latihan Kerja Komunitas Tarbiyatul Mutathowi’in, Ngujur, Rejosari, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Kamis, 10 November 2022.. Foto. BLKK Tarbiyatul Mutathowi’in
JATIMNET.COM, Madiun – Program Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dalam mendorong santri menjadi pengusaha mulai direalisasikan di daerah. Di Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Tarbiyatul Mutathowi’in, Ngujur, Rejosari, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, misalnya digelar pelatihan bertajuk ‘Pendesainan Multimedia’.
Pelatihan yang diikuti 16 anak muda itu berlangsung selama 24 hari sejak 4 November hingga 1 Desember 2022. Para peserta itu dilatihan mengedit video, mixing, mengomposisikan gambar bergerak, pengambilan video, perekaman suara, dan penerbitan musik dalam video editing.
Baca Juga : Dorong Santri Menjadi Enterpreneur Ini Harapan Menaker
Mereka juga dibekai cara berkomunikasi dengan klien, menyusun rencana kerja, dan strategi memasarkan produk digital. “Para peserta diharapkan akan tumbuh berkembang di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,” kata Kepala BLKK Tarbiyatul Mutathowi’in, Hayyik Ali Muntaha, Kamis, 10 November 2022.
Progam pelatihan merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Maka, melalui Kemnaker pengembangan BLK Komunitas dijalankan.
"Apalagi mulai sekarang, kami sudah diwanti-wanti ke depanm BLK ini dituntut harus dapat mandiri. Baik secara program maupun pendanaan," ujar Hayyik.
Baca Juga : Pemprov Jatim Dorong Mahasiswa dan Santri Jadi Pengusaha
Sebelumnya, Menaker Ida Fauziyah mengatakan keberadaan BLKK agar dirintis menjadi komunitas yang mandiri. “Dua tahun kami mendampingi tapi selebihnya berharap mandiri yakni dengan meningkatkan kompetensi untuk kebutuhan pasar kerja maupun kebutuhan melahirkan entrepreneur,” kata dia dikutip dari laman resmi Kemenaker, Selasa, 8 November 2022.
Guna melahirkan pengusaha, BLK Komunitas yang ada saat ini didesain pada pendalaman keterampilan. Ini tidak hanya sebagai sarana pelatihan untuk meningkatkan kompetensi menjadi pekerja. “Saya cukup bangga karena banyak pesantren yang memilih entrepreneur,” ujar dia sembari menyatakan dari unit usaha di pesantren melahirkan calon entrepreneur.
