Logo

Boris Johnson, Dari Jurnalis Kontroversial Menjadi Perdana Menteri Inggris

Reporter:

Rabu, 24 July 2019 05:16 UTC

Boris Johnson, Dari Jurnalis Kontroversial Menjadi Perdana Menteri Inggris

Boris Johnson. Foto: Common Wikimedia

JATIMNET.COM, Surabaya – Boris Johnson, lahir dengan naman Alexander Boris de Pfeffel Johnson, terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris pengganti Theresa May. Boris dikenal memiliki sejumlah profesi dan jabatan, sebelum terpilih sebagai PM. Di antaranya sebagai jurnalis media ternama.

Johnson lahir tahun 1964, dan menerima pendidikan di Etom College, sekolah privat dan elit di Inggris yang menghasilkan banyak perdana menteri, termasuk David Cameron yang memerintahkan referendum Brexit.

Saat kuliah, Johnson mempelajari sastra di Universitas Oxford dan terpilih sebagai presiden Serikat Oxford tahun 1986.

Laki-laki berusia 55 tahun ini berasal dari keluarga kelas atas kaya Inggris. Dia adalah anak tertua dari Stanley Johnson, politisi Inggris dan anggota Konservatif dari Parlemen Uni Eropa pada 1979-1984.

BACA JUGA: Khofifah Ingin Inggris Bantu Pembangunan MRT dan LRT di Jawa Timur

Johnson juga memiliki darah Turki dari kakek buyutnya, Ali Kemal, seorang jurnalis Ottoman dan politisi yang melayani pemerintahan Damat Ferit Pasha sebagai menteri internal. Sebagai lawan dari perang Kemerdekaan Turki di tahun 1919-1923, Ali Kemal hidup sebagai pelarian di Eropa.

Johnson mengawali karir jurnalistiknya di akhir 1987 dengan magang di Times of London, namun ia dihentikan karena memalsukan kutipan, dikutip dari Anadolu, Aa.com, Rabu 24 Juli 2019.

Ia kemudian cepat menemukan pekerjaan baru di The Daily Telegraph, dimana ia bekerja sebagai koresponden Brussel dari 1989 hingga 1994 dan dikenal sebagai Euroskeptik.

Kembali ke London tahun 1994, Johnson menjadi asisten editor di Telegraph serta kolumnis di bidang politik.

BACA JUGA: Pementasan Wayang Kulit Pukau Masyarakat Inggris

Selama beberapa tahun, ia telah menulis sejumlah topik kontroversial. Tahun 2002 dia menerima tuduhan rasisme karena menggunakan makian rasis “piccaninnies” atau anak negro kepada orang berkulit hitam. Ia meminta maaf, enam tahun berikutnya, ketika maju sebagai Wali Kota London.

Di awal tahun 2000, Johnson keluar dari jurnalis dan masuk ke politik, dengan memenangkan kursi di Konservatif, untuk Henley, Oxfordshire dari 2001-2008.

Ia ditunjuk sebagai wakil menteri kesenian, namun dihentikan tahun 2004 karena berbohong atas skandalnya dengan seorang kolumnis Inggris.

Pada 2008, Johnson terpilih sebagai Wali Kota London, posisi yang dipegangnya hingga 2016. Selama delapan tahun di London, ia mampu membawa kesuksesan dalam Olimpiade 2012, serta digoyang kerusuhan di tahun 2011.

BACA JUGA: Katak Costa Rica Tiba di Inggris Menumpang Kotak Pisang 

Ia juga mengenalkan program berbagi sepeda, dikenal dengan nama “Boris bikes”. Pada Mei 2012, ia memenangkan jabatan Wali Kota ke dua kalinya.

Agustus 2019, setelah keluar dari posisi sekretaris luar negeri, ia menerima kritik luas setelah menulis kolom yang Islamophobia, dengan membandingkan perempuan muslim yang mengenakan penutup kepala dengan kotak surat dan perampok bank. 

Banyak advokat dan juga Theresa May meminta Johnson meminta maaf atas tulisan itu.

Soal Brexit, Boris dikenal sebagai pendukung kuat. Ia melakuan tur keliling negeri menggunakan bus merah dengan slogan, “ Kami mengirim 350 juta ponsterling seminggu. Mari mendanai Layanan Kesehatan Nasional kami sendiri saja,”.