Logo

BMKG Prediksi Musim Hujan di Jatim Mulai November

Reporter:,Editor:

Kamis, 22 August 2019 22:21 UTC

BMKG Prediksi Musim Hujan di Jatim Mulai November

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto (dua dari kiri) bersama Kepala BPBD Jatim Suban Wahyudiono (tengah) di sela distribusi satu juta liter air bersih atasi kekeringan, Kamis 22 Agustus 2019. Foto: Bayu Pratama.

JATIMNET.COM, Surabaya – Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto menyebutkan 38 zona musim atau 63,3 persen wilayah Jawa Timur memulai musim hujan pada awal November.

“Terdapat 38 zona musim pada November nanti. Tapi ada tiga zona musim yang sudah mulai masuk musim hujan pada bulan Oktober, yakni daerah sekitar Gunung Bromo dan Banyuwangi Bagian Tengah,” kata Teguh, Kamis 22 Agustus 2019.

Teguh merinci terdapat beberapa wilayah Jatim yang baru memulai musim hujan pada bulan Desember, seperti daerah Madura, Pasuruan dan Probolinggo Bagian Utara, serta Situbondo.

BACA JUGA: Tekanan Udara di Australia Tingkatkan Kecepatan Angin di Utara Jawa

“Pada Desember nanti ada 19 zona musim atau 31,7 persen dari 60 zona musim,” tambahnya saat dijumpai pada konferensi pers Aksi Cepat Tanggap Jatim, Distribusi 1 Juta Liter Air Bersih Atasi Kekeringan di Jawa Timur.

Dilansir dari laporan BMKG Prakiraan Musim Penghujan 2019/2020 di Indonesia, musim hujan tahun 2019 mundur dari rata-rata prakiraan tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah prakiraan angin monsun yang berembus dari Asia menuju Australia tidak aktif hingga awal September mendatang.

Namun faktor tersebut bukanlah satu-satunya. Wilayah kepulauan seperti Indonesia menyebabkan keragaman cuaca dan iklim, seperti fenomena regional yang terjadi di beberapa wilayah Jatim belum lama ini.

Prakiraan awal musim hujan tahun 2019 dan 2020 yang dikeluarkan BMKG. Foto: Dok BMKG

“Terdapat fenonema regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, daerah pertemuan angin antar tropis atau inter tropical, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia,” tulis laporan BMKG.

Selain itu, kondisi topografi Indonesia yang bergunung, berlembah dan banyak pantai, mendorong beragamnya iklim. “Dampaknya terjadi perubahan iklim yang berbeda di setiap wilayah regional,” jelas Teguh.

Teguh menyebut 78,3 persen musim hujan di Jatim mundur dibandingkan rata-rata musim hujan pada tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Kemarau, BPBD Probolinggo Kembali Bagikan Air Bersih ke Desa Bulujaran

KEMARAU KERING DI JATIM

Dampak siklus iklim El Nino yang terjadi akhir 2018 menyebabkan kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan tahun lalu.

“Sejak tahun 1981 hingga 2010 jika dirata-rata merupakan periode normal. Tetapi tahun ini sebanyak 47 zona musim atau 78,3 persen mundur dari musim hujan biasanya,” Teguh menjelaskan.

Mengenai hal tersebut, ia memaparkan analisa yang menunjukkan curah hujan yang minim menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah Jatim. Dia memprediksi bulan Juni hingga Oktober curah hujan minim di kisaran 70 persen hingga 90 persen.

 

DROP AIR. BPBD Jatim telah menggelontorkan 55 juta liter air bersih selama terjadi kekeringan. Foto: Dok.

Dijumpai di tempat yang sama, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) 1 Jawa Timur, Suban Wahyudiono menyebut terdapat 450 desa di Jatim mengalami kekeringan. Atas hal itu, sebanyak 55 juta liter air bersih telah didistribusikan kepada 450 desa yang dilanda kekeringan.

“Sampai hari ini sudah 55 juta liter yang kami distribusikan di 128 kecamatan, 450 desa, dan 22 kabupaten/kota,” kata, Suban Wahyudiono, Kamis 22 Agustus 2019.

Pihaknya mendorong 22 kabupaten dan kota di Jatim yang mengalami kekeringan menaikkan status darurat. “Agar BPBD Jawa Timur bisa mendistribusikan air bersih,” harapnya.