Senin, 13 August 2018 05:53 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Jakarta – Terbantingnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membuat Bank Indonesia melakukan intervensi pasar. Langkah ini untuk meredam tekanan global yang melemahkan nilai tukar rupiah hingga Rp 14.600 per dollar AS.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada Antara, Senin, 13 Agustus mengatakan Bank Sentral terus mencermati tekanan ekonomi global. Menurutnya BI segera menjalankan dual intervensi dengan stabilisasi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) untuk mengantisipasi tekanan yang semakin kuat.
“Sejauh ini (tekanan) masih bisa dikendalikan, dan saat ini sedang kita upayakan,” ujar Nanang.
Untuk stabilisasi pasar finansial domestik, BI melakukan intervensi di pasar valas, dan membeli Surat Berharga Negara (SBN). Hal itu merupakan langkah yang kerap disebut BI sebagai intervensi ganda.
Sebagaimana dilaporkan pada pembukaan perdagangan Senin pagi, rupiah melemah hingga 157 poin menjadi Rp 14.643 dari posisi sebelumnya Rp 14.486 per dolar AS.
Di kurs refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI, 1 dolar AS setara dengan Rp 14.583. Posisi rupiah ini menunjukkan depresiasi sebesar 146 poin dibanding sesi perdagangan Jumat 10 Agustus lalu sebesar Rp 14.437 per dolar AS.
Perkembangan pasar spot Senin siang ini hingga pukul 11.45 WIB, rupiah diperdagangkan di Rp 14.612 per dolar AS.
Sementara itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan amburknya rupiah akibat gejolak ekonomi Turki. Akibatnya mata uang global terseok-seok, dan menyebabkan sejumlah mata uang negara lain turut terkapar.
Turki saat ini sedang terancam krisis keuangan dan menjadi perhatian investor global, yang disebabkan kuatnya intervensi Presiden Turki Erdogan ke Bank Sentral Turki. Begitu juga dengan memburuknya hubungan Turki dengan Amerika Serikat.