Minggu, 25 April 2021 08:40 UTC
KERJASAMA. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) dan Bupati Ngawi Ony Anwar (kanan) menunjukkan MoU kerjasama.bidang pangan yang diteken, Minggu, 25 April 2021. Kerjasama ini disaksikan Gubernur Jatim Khofifah IP. Foto: Pemprov Jatim
JATIMNET.COM, Ngawi – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa total produksi beras petani di Jawa Timur mengalami surplus 3,5 juta ton.
Dari hasil yang berlebih itu diharapkan mampu diserap daerah lain yang tingkat konsumsinya tinggi. Salah satunya DKI Jakarta yang mengandalkan pasokan beras dari daerah lumbung pangan.
"Kami berharap kerjasama ini semakin memperluas akses pasar beras Jawa Timur di Jakarta," kata Khofifah usai menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) bidang pangan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono di Ngawi, Minggu, 25 April 2021.
BACA JUGA: Jamin Pasokan Beras di Jakarta, Anies Baswedan Teken MoU dengan Bupati Ngawi
Kerjasama antardua daerah itu menerapkan Sistem Resi Gudang (SRG). Petani diuntungkan lantaran mendapatkan kepastian pembeli dengan harga yang tinggi.
Sementara, pihak Pemprov DKI Jakarta melalui BUMD PT Food Station Tjipinang Jaya juga mendapat kepastian pasokan pangan. Salah satunya dari Ngawi.
Apabila model kerjasama itu meluas ke daerah lain di Jawa Timur, maka dinyatakan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu, juga peternak yang hasil panen daging maupun telur ayam di provinsi itu juga surplus.
BACA JUGA: Apresiasi Tata Kota, Anies Baswedan Tertarik Kerjasama dengan Pemkot Madiun
"Ada profit bagi petani dan peternak di Jatim. Karena selain beras, Jatim juga surplus daging ayam dan telur. Begitu pula upaya membangun ketahanan pangan di DKI Jakarta akan terjaga," Khofifah menjelaskan.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan kerjasama dengan Pemkab Ngawi sebagai wujud terima kasih kepada petani. Sebab, dari tangan mereka warga di ibukota negara dapat memenuhi kebutuhan pangan.
"Jakarta memiliki ketergantungan yang amat tinggi dari petani di luar Jakarta dan tidak ingin menerima hasil panen dengan kualitas bagus tanpa memikirkan kesejahteraaan petaninya," ujar Anies.