Logo

Begini Makna Era Industri 4.0 Bagi Kepala LIPI

Reporter:,Editor:

Rabu, 26 June 2019 00:58 UTC

Begini Makna Era Industri 4.0 Bagi Kepala LIPI

PIRN. Seribu pelajar peserta Perkemahan Ilmiyah Remaja Nasional (PIRN) ke- 18 di Gelanggang Olahraga (GOR) Tawang Alun Banyuwangi. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Era revolusi industri 4.0 salah satunya ditandai berkembangnya internet of things (IoT) atau internet untuk segala hal. Namun Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko menjelaskan makna yang berbeda.

Dia mengatakan era industri 4.0 bermakna semua orang bisa menjadi inovator. Kesempatan untuk mengonsumsi dan memproduksi informasi terbuka lebar sehingga akses mengembangkan gagasan dimiliki semua orang.

Selain inovator, terbuka juga kesempatan inventor untuk membangun konsep dan membuktikan kerjanya. Siapapun, kata dia, berpeluang besar menjadi inovator dan inventor, terutama pemuda kreatif.

BACA JUGA: Kemah Ilmiah LIPI di Banyuwangi Pesertanya Capai 1.000 Pelajar

"Dia yang tak terbatas atau terkungkung dogma, lebih liar lah (dalam berkarya)," kata Laksana di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Banyuwangi, Selasa 25 Juni 2019.

Dia mengatakan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) ke-18 yang tengah diselenggarakan di Banyuwangi ini penting bagi para pelajar. Dengan serangkaian kegiatan itu, mereka dilatih mengungkapkan kreativitas dalam bentuk karya ilmiah.

Mereka mendapatkan pembekalan teori pengumpulan data, pengolahan data, dan menyusun laporan ilmiah. Lalu praktik meneliti di area konservasi laut Bangsring Underwater, Mal Pelayanan Publik, Pusat Kopi Gombengsari, Kampung Osing Kemiren, dan Agrowisata Taman Suruh.

BACA JUGA: LIPI Bangun Kapal Konsorsium Riset Samudra Senilai Rp7 triliun

"Mereka melihat masalah-masalah terdekatnya, kemudian dicarikan solusi, yang berbuah kreativitas kan. Jadi mendidik berpikir seperti itu yang penting," kata dia.

Selanjutnya masa depan alumnus PIRN tetap tergantung banyak hal dan upaya mereka masing-masing. Sebagian alumnus telah menjadi inovator saat mereka masih menjadi pelajar.

"Lalu punya hak paten, banyak alumni begitu. Yang jadi peneliti beneran juga ada," pungkas Laksana.