Logo
Gandeng Du'anyam, produsen suvenir Asian Games 2018

Begini Cara Banyuwangi Mendongkrak Kapasitas Perajin Lokal

Reporter:

Jumat, 01 March 2019 02:55 UTC

Begini Cara Banyuwangi Mendongkrak Kapasitas Perajin Lokal

Ilustrasi: Pixabay.com

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Du’anyam, pemegang lisensi sekaligus produsen suvenir Asian Games 2018 akan dilibatkan dalam mendongkrak kapasitas para pelaku usaha kerajinan di Kabupaten Banyuwangi. Ini sebagai bentuk kolaborasi memberdayakan para perajin lokal.

“Kami memang harus kolaborasi untuk terus memperkuat para perajin lokal. Ini Du’anyam digerakkan anak-anak muda hebat yang punya perspektif pasar dan kewirausahaan sosial bagus. Jadi kami ingin melibatkan untuk memberdayakan perajin lokal,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seusai bertemu dua pendiri Du’anyam, Kamis 28 Februari 2019.

Dua pendiri Du’anyam yang ke Banyuwangi adalah Hanna Keraf dan Azalea Ayuningtyas. Keduanya berkeliling beberapa hari di Banyuwangi untuk bertemu dan memetakan potensi kerajinan karya UMKM-UMKM lokal.

BACA JUGA: Traveloka Garap Promosi Terintegrasi Wisata Banyuwangi

“Nanti berkala dibikin workshop. Dalam rangkaian Festival Bamboo pada Juni mendatang," kata Bupati Anas dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com.

Pada momentum tersebut, Du’anyam akan memberi perspektif pasar dan ekosistem bisnis ke para perajin lokal serta membakar kembali semangat komunitas lokal agar lebih berdaya.

Founder dan CEO Du’anyam, Azalea Ayuningtyas mengatakan, pihaknya akan berkeliling mengunjungi sejumlah perajin di Banyuwangi untuk mencari potensi dan menjajaki kerja sama dengan para perajin di Banyuwangi.

Ia mengatakan, Du’anyam mendapatkan permintaan pasar yang cukup besar dan konsisten untuk kerajinan anyaman.

“Kami kemari untuk mencari dan melakukan studi kelayakan. Kami tertarik dengan semangat Banyuwangi yang terus berbenah memberdayakan UMKM-UMKM lokal,” kata Ayuningtyas.

BACA JUGA: Kokoon Grup Bangun Hotel di Banyuwangi

Du’Anyam juga akan memberikan pendampingan kepada para perajin Banyuwangi. “Pendampingannya meliputi standardisasi kualitas, quality control, packaging, hingga pengiriman. Kami lebih mencari komunitas perajin yang belum mandiri sehingga ada proses pemberdayaan nantinya,” ujarnya.  

Menurut Ayu, selama di Banyuwangi pihaknya tidak melewatkan kesempatan mengunjungi sejumlah sentra perajin seperti pusat kerajinan bambu di Desa Gintangan.

Desa Gintangan sendiri dikenal sebagai basis perajin bambu. Desa tersebut memasok kerajinan bambu untuk berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, hasil olahannya sudah diekspor ke sejumlah negara, seperti Jepang, Brunei Darussalam, Thailand, dan Maldives.