
Reporter
Nani MashitaJumat, 5 April 2019 - 16:32
Editor
Hari Istiawan
Ilustrasi AI. Foto: pixabay
JATIMNET.COM, Surabaya – Baru seminggu dibentuk, dewan etik milik Google yang mengkhususkan membahas etika kecerdasan buatan, dibubarkan. Pembubaran ini dilakukan setelah kontroversi seputar dua anggotanya.
Pembubaran dewan etik bernama Advanced Technology External Advisory Council (ATEAC) diambil setelah kontroversi dua anggotanya, dilansir dari Vox.com, Jumat 5 April 2019.
Ribuan karyawan Google menandatangani petisi yang menyerukan penghapusan keanggotaan satu anggota dewan, yaitu presiden Heritage Foundation Kay Coles James. Dia dituduh pernah berkomentar yang dianggap merendahkan kaum LGBT serta pandangan skeptis organisasinya soal perubahan iklim.
Sedangkan satu anggota lain merupaakan ekeskutif perusahaan drone, Dyan Gibbens memunculkan kekhawatiran teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) milik Google akan digunakan untuk kepentingan militer. Itu bukanlah pukulan pertama bagi komite ini.
BACA JUGA: RIP, Google+ Resmi Dimatikan
Anggota dewan, Alessandro Acquisti mengundurkan diri dengan mengatakan forum baru ini tidak tepat bagi dirinya yang bergulat soal keadilan, hak dan inklusi.
"Sementara saya mengabdikan diri untuk meneliti bergulat dengan masalah etika utama tentang keadilan, hak & inklusi dalam AI, saya tidak percaya ini adalah forum yang tepat bagi saya untuk terlibat dalam pekerjaan penting ini," tuturnya.
Anggota lain, Joanna Bryson, membela keputusannya untuk tidak mengundurkan diri dan menyatakan dukungannya kepada James. Dia mengatakan tahu keburukan masing-masing anggota dewan. Sedangkan yang lain memilih untuk diam dan bertahan. Di tengah kontroversi tersebut, Google akhirnya memutuskan untuk membubarkan panel seluruhnya.
“Menjadi jelas bahwa dalam lingkungan saat ini, ATEAC tidak dapat berfungsi seperti yang kita inginkan. Jadi kami akan mengakhiri dewan," kata seorang perwakilan Google dalam sebuah pernyataan melalui email.
BACA JUGA: Rangking HRC Turun, Google Hapus Aplikasi Living Hope Ministries
Dewan tersebut yang diumumkan pada 26 Maret bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi Google dan perusahaan lain serta para peneliti yang bekerja di berbagai bidang seperti perangkat lunak pengenalan wajah, yang dikhawatirkan memunculkan bias rasial dan keterbatasan lainnya. Total ada delapan anggota yang berlatar belakang pakar teknologi dan ahli etika digital.
Para anggota dewan akan bertemu empat kali selama 2019 untuk mempertimbangkan masalah tentang program AI Google.
Google melanjutkan lingkungan saat ini tidak memungkinkan ATEAC berfungsi seperti yang diinginkan. Google memastikan tetap memfokuskan pekerjaan pada isu-isu penting seputar AI dan menemukan berbagai cara untuk mendapatkan pendapat dari luar tentang topik-topik ini.