Rabu, 16 October 2019 06:30 UTC
ARTEFAK. Temuan perkakas manusia prasejarah dari tulang di Gua Lowo. Foto Gayuh
JATIMNET.COM, Ponorogo – Penelitian arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di Gua Lowo Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo saat ini telah selesai. Puluhan perkakas manusia prasejarah ditemukan dalam penelitian tersebut.
“Jumlah temuan tulang hewan mencapai ribuan potong, namun perkakas yang cukup baik saat ini hanya beberapa puluh,” kata Peneliti Utama Puslit Arkenas Jatmiko, Rabu 16 Oktober 2019.
Jatmiko menerangkan jika temuan perkakas prasejarah yang berupa alat dari tulang hewan yang dijadikan seperti bentuk sendok atau spatula, dijadikan lancipan, dan bentuk sudip ada beberapa puluh buah.
BACA JUGA: Ada Sendok Purba di Gua Lowo Ponorogo
Sehingga Gua Lowo Sampung ini juga dikenal dengan istilah Sampung Bone Culture atau Sampung Bone Industry bahkan ada eponim Sampungian. Hal ini karena banyaknya penemuan perkakas prasejarah dari tulang dan batu yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari pada jaman 7.000-3.000 tahun yang lalu.
“Muncul eponim Sampungian karena budaya alat tersebut tidak ada duanya di Indonesia, hanya ada di Gua Lowo Sampung,” terangnya.
Meski penelitian di Gua Lowo saat ini telah selesai, Jatmiko ingin penelitian terus dilanjutkan untuk menguak perkembangan sejarah manusia menuju manusia modern.
BACA JUGA: Teliti Gua Lowo Ponorogo, Arkeolog Temukan Sendok Purba
Ia berharap setidaknya hingga lima tahun kedepan sejarah di Gua Lowo bisa terungkap jelas.
“Penelitian ini harus selesai, untuk mengungkap sejarah serta kejadian apa saja yang terjadi dan dilakukan oleh manusia prasejarah,” ujarnya.
Jatmiko menuturkan jika hasil penelitian yang dilakukan bersama timnya saat ini akan dibawa ke Badan Arkeologi Yogyakarta dan selanjutnya akan dibawa ke Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Jakarta.
BACA JUGA: Museum Milik Mbah Warno Koleksi 800 Bambu Berbentuk Unik
Pasalnya beberapa artefak prasejarah tersebut membutuhkan perawatan ekstra terutama untuk artefak yang ditemukan dari dalam tanah. Sentuhan artefak dengan angin serta panas, ketika dibawa ke luar gua, akan menyebabkan beberapa artefak rapuh.
“Jika nantinya Ponorogo sudah memiliki museum yang memadai, hasil temuan tersebut bisa saja dikembalikan ke Ponorogo, karena ini juga bisa menjadi ikon sejarah selain Reyog,” pungkasnya.