Logo

Bank Wakaf Mikro Sebagai Katalisator Ekonomi Produktif di Seputar Pesantren

Reporter:,Editor:

Sabtu, 19 September 2020 03:00 UTC

Bank Wakaf Mikro Sebagai Katalisator Ekonomi Produktif di Seputar Pesantren

Guru Besar STIE Perbanas Surabaya, Prof. Drs. Ec. Abdul Mongid, MA., Ph.D.,

JATIMNET.COM, Surabaya - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin memperluas keberadaan Bank Wakaf Mikro (BWM) di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini tentu mendorong perekonomian agar semakin produktif.

Proses bisnis dari Bank Wakaf Mikro ini juga dapat dikatakan istimewa. Pasalnya, BWM masuk ke masyarakat dengan sistem pinjaman yang prosedurnya relatif simpel, berkelompok dalam ekonomi, serta lebih mengutamakan reputasi dan sikap positif seseorang untuk pinjam daripada sekadar ketersediaan agunan.

Dalam rangka mendukung program tersebut, Pusat Kajian Bisnis dan Perbankan STIE Perbanas Surabaya menggelar Webinar Islamic Economics Series II, pada Jumat 18 September 2020. 

Dengan mengusung tema ‘Mendorong Bank Wakaf Mikro Sebagai Katalisator Ekonomi Produktif di Seputar Pesantren’, acara tersebut melibatkan lebih dari 250 peserta mulai dari praktisi perbankan, guru ekonomi, mahasiswa, hingga masyarakat umum.

BACA JUGA: Dampak Covid, Seleksi Beasiswa Calon Mahasiswa STIE Perbanas Digelar Online

Guru Besar STIE Perbanas Surabaya, Prof. Drs. Ec. Abdul Mongid mengatakan selain dirinya yang memaparkan langsung tentang pengembangan BWM dari sisi akademisi, adapula Ir. Muhamad Sarmudji (anggota DPR RI), Dr. Adiwarman A. Karim dan juga Direktur Bank Wakaf Mikro Al Fithrah Suroso yang juga menjadi narasumber dalam webinar tersebut.

“Digelar selama lebih kurang 2,5 jam, sebenarnya webinar ini gunanya lebih banyak untuk memberikan kesadaran kepada pihak-pihak kampus bahwa ini ada satu lembaga yang bagus. Makanya kita perlu dukung dengan mempertegas keberadaan BWM bahwa ini penting sekali,” kata Abdul Mongid saat ditemui di Kampus 1 STIE Perbanas Surabaya, Jumat 18 September 2020.

Sementara Anggota DPR RI Muhamad Sarmudji, dalam webinar tersebut mengaku sangat setuju atas semua upaya dalam meningkatkan ekonomi di sekitar pesantren, dan apapun yang terjadi mari kita dukung.

“Bahwa ini tadi sudah ada niat pemerintah untuk membantu, ya kita dukung. Yang terpenting ini mengangkat kehidupan umat, itu yang paling penting,” ia mengungkapkan.

BACA JUGA: 

Sedangkan Adiwarman Karim menyebutkan bahwa model sekarang ini tidak boleh suatu yang baku, masih harus diberikan kepada Bank Wakaf Mikro itu untuk menyesuaikan dengan local wisdom (kearifan lokal). Menanggapi pernyataan tersebut, Abdul Mongid pun membenarkan.

“Dan ini memang benar karena pesantren itu sejak sebelum Indonesia merdeka, mereka masih bisa bertahan. Berarti mereka punya local wisdom yang cukup sehingga kalau diberikan juga kebebasan dalam mengelola bank wakaf itu mereka pasti akan punya dampak yang hebat. Jadi nanti BWM itu berimprovisasi,” ia menerangkan.

Berbeda dengan ketiga narasumber sebelumnya, Direktur Bank Wakaf Mikro Al Fithrah Suroso dalam webinar tersebut lebih banyak menjelaskan tentang prakteknya, seperti pembentukan BWM yang pengendalinya tetap pesantren, pembentukan kelompok usaha mikro produktif (kumpi) hingga halmi (halaqoh mingguan).

Nah, perlu diketahui, tidak semua pesantren mempunyai Bank Wakaf Mikro. Saat ini, sudah ada 58 BWM di seluruh pesantren di Indonesia, dan di Jawa Timur sendiri sekitar 15 pesantren besar yang membina masyarakat disekitar pesantren.