Minggu, 26 April 2020 12:20 UTC
RUPS: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Jatim yang dihadiri Gubernur Jatim Khofifah indar Parawansa
JATIMNET.COM, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut, kinerja Bank Jatim di tahun buku 2019 cukup bagus. Bank milik pemerintah Jawa Timur itu mampu membagikan deviden sebanyak 48,2 per lembar saham.
Dengan total deviden yang dibagikan ke pemegang saham seri A (pemerintah daerah se Jatim) mencapai Rp 723,7 miliar. Catatan itu setara 52,58 persen dari laba bersih bank BUMD tersebut.
"Kinerja keuangan Bank Jatim di tahun buku 2019 cukup menggembirakan jika dibandingkan sebelumnya. Dimana total aset meningkat sebesar 22,37 persen, sehingga total aset Bank Jatim menjadi Rp 76,715 trilliun," ujar Khofifah dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com, Minggu 26 April 2020.
Dana pihak ketiga, katanya, juga naik 18,91 persen, menjadi Rp 60,5 trilliun. Selain itu kredit yang digelontorkan meningkat sebesar 13,16 persen atau mencapai Rp 38,53 trilliun sepanjang tahun buku 2019.
BACA JUGA: Khofifah Minta Perusahaan Leasing Bantu Debitur di Tengah Covid-19
Sementara catatan laba tahun 2019 yakni sebesar Rp 1,37 trilliun, atau meningkat 9,20 persen dari tahun lalu yang hanya meraih Rp 1,26 trilliun. Dilihat berdasarkan indikator kesehatan perbankan, Bank Jatim di tahun buku 2019 juga memiliki catatan yang menggembirakan.
Bank Jatim memiliki kredit sehat antara lain Non Permorming Loan 2,77 persen, return on asset 2,73 persen, net interest margin sebesar 6,11 persen dan loan deposit rasio sebesar 6,34 persen.
Pun demikian, Khofifah berpesan Bank Jatim untuk tetap waspada dan melakukan langkah-langkah antisipatif tahun ini. Mengingat cobaan besar tengah melanda Jawa Timur dan Indonesia, yakni pandemi Covid-19.
“Meskipun OJK menilai stabilitas ekonomi Jatim masih dalam kondisi terjaga, bukan berarti sektor perbankan bebas dari dampak covid-19," terangnya.
BACA JUGA: Covid-19, Khofifah Mengaku Tidak Bisa Bendung Pemudik
Mantan menteri sosial itu mengingatkan jajaran komisaris dan direksi Bank Jatim untuk waspada, adanya potensi risiko gagal bayar debitur, peningkatan rasio NPL, resiko penurunan pendapatan bank, tak terpenuhi target lapangan, penurunan dana pihak ketiga akibat penarikan simpanan, dan deposito nasabah yang terdampak Covid-19.
Di tengah kewaspadaan itu semua, Khofifah mengingatkan agar Bank Jatim juga tidak hanya berperan sebagai profit institution melainkan juga untuk melakukan peran sebagai motor untuk menggerakkan ekonomi di daerah. Terlebih ada sebanyak 9,78 juta UMKM yang tentu memerlukan bantuan di tengah pandemi covid-19.
Di tengah kondisi pandemi covid-19, khofifah menyebut ada berapa hal yang harus dilakukan oleh Bank Jatim untuk meminimalisir dampak virus yang kini masih merebak tersebut.
BACA JUGA: Khofifah Minta Surabaya Raya Lakukan Langkah Turunkan Positif Covid-1
Tak hanya memberikan relaksasi kredit sebagai stimulus ekonomi nasional, melainkan juga melakukan monitoring debitur secara berkala, memaksimalkan layanan elektronik perbankan seperti mobile banking, internet banking, serta juga meningkatkan kerja sama dengan sektor financial technology (fintech).
“Yang ingin saya underline, optimalisasi kerjasama dengan fintech tentu kini harus dilakukan dengan lebih sangat hati-hati. Fintech di titik-titik tertetu memang memberikan gairah bagi masyarakat untuk mengakses, akan tetapi di titik tertentu kita harus lebih hati-hati," katanya.
Khofifah yakin, di tengah pandemi, Bank Jatim itu mampu melakukan mitigasi. "Saya yakin jika Bank Jatim mampu melakukan mitigasi tersebut dengan baik berdasarkan risiko kredit, risiko pasar, risiko liquiditas, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko kepatuhan, maka Bank Jatim akan tetap survive di tengah pandemi ini,” tegasnya.