Sabtu, 02 February 2019 09:40 UTC
Banjir di kawasan lautan pasir Gunung Bromo. Foto: Ist.
JATIMNET.COM, Probolinggo – Fenomena banjir yang terjadi di lautan pasir kawasan Gunung Bromo merupakan hal biasa. Banjir biasanya terjadi hampir setiap tahun ketika musim hujan.
“Banjir di Gunung Bromo biasanya terjadi saat turun hujan dengan intensitas yang cukup tinggi,” kata Kasi Pengelolaan Wisata Wilayah I Taman Nasional Tengger Bromo Semeru (TNBTS) Sarmin, Sabtu 2 Februari 2019.
Menurut Sarmin, karena intensitas hujan yang tinggi, aliran air dengan debit besar yang berasal dari pegunungan di sekitar lutan pasir seperti bukit Widodaren serta Gunung Batok mengalir ke bawah.
BACA JUGA: Menteri ESDM Instruksikan Pemindahan Pos Pengamatan Gunung Bromo
"Memang bisa disebut banjir, tapi aliran air hanya lewat saja. Biasanya 2-3 jam saja, setelahnya mengering kembali seperti semula," kata Sarmin.
Sarmin menyebut, peristiwa banjir di Gunung Bromo puncaknya terjadi pada 25 Januari 2019 lalu. Lokasinya juga hanya di satu titik di sekitar arah menuju Pakis Bincil atau pasir berbisik.
Ia menjelaskan, beberapa foto dan video yang tersebar di media sosial kebanyakan foto lama dan kejadiannya bukan pada 25 Januari 2019 lalu.
BACA JUGA: Di Bromo, Kemenpar Bangun Destinasi 'Negeri di Atas Awan'
"Beberapa foto dan video lama yang diunggah terlihat ada beberapa mobil jeep seperti seolah-olah turun dari penanjakan dan di depannya ada banjir," ujarnya.
Meski demikian, kata Sarmin, peristiwa banjir di lautan pasir Gunung Bromo tidak berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke obyek wisata Bromo.
"Kalau sekarang low season, memang kunjungannya turun. Tapi tidak ada hubungannya dengan peristiwa banjir di Gunung Bromo," kata Sarmin.