Logo
Persentase sarjana yang menganggur justru naik

Angka Pengangguran Terbuka di Jatim Sebanyak 803 Ribu

Reporter:,Editor:

Rabu, 05 December 2018 11:36 UTC

Angka Pengangguran Terbuka di Jatim Sebanyak 803 Ribu

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jatim, Himawan Estu Subagijo. Foto : Nani Mashita

JATIMNET.COM, Surabaya – Data Badan Pusat Statistik menunjukkan tren penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur per Agustus 2018 menjadi 3,99 persen. Persentasenya lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2018 sebesar 4 persen.

“TPT Jatim turun 0,1 persen sehingga sekarang jumlah pengangguran terbuka sebanyak 803.000 orang,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Himawan Estu Subagijo ditemui di ruangannya, Rabu 5 Desember 2018. Dari segi lulusan, banyak angkatan kerja lulusan SMK yang tidak tertampung di dunia kerja.

Survei Angkatan Kerja Nasional, kata Himawan, jumlah siswa lulusan SMK di Jatim yang tidak tertampung di tempat kerja tahun ini mencapai 8,83 persen. Namun, persentasenya menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya di bulan yang sama yaitu jumlah lulusan SMK yang tidak bekerja sebanyak 9,01 persen.

Di posisi kedua adalah mereka yang memiliki ijazah SMA. Tahun ini ada 6,3 persen lulusan SMA tidak tertampung di dunia kerja. Persentasenya juga sedikit menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Agustus 2017  sebesar 6,75 persen.

Sedangkan untuk jenjang D3 mereka yang tidak bekerja tercatat sebanyak 5,06 persen. Persentasenya juga menurun dibandingkan Agustus 2017 sebanyak 7,47 persen. Data berbeda justru terjadi pada lulusan sarjana yang menunjukkan kenaikan persentase sebesar 5,29 persen yang menganggur. Persentasenya naik dibandingkan tahun 2017 yang hanya 4,11 persen lulusan sarjana menganggur.

Untuk lulusan SMP per Agustus 2018 tercatat 4,1 persen menganggur atau turun dibandingkan Agustus 2017 sebanyak 4,3 persen pengangguran. Untuk lulusan sekolah dasar, jumlah pengangguran tahun ini naik sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Yang awalnya 1,66 persen naik menjadi 1,67 persen.

Himawan mengatakan tingginya angka pengangguran dari lulusan SMA/SMK disebabkan banyak faktor. Seperti banyaknya lulusan SMA SMK tiap tahunnya yang mencapai 234.000 orang, padahal lapangan kerja di Jatim tidak banyak berubah. Faktor yang kedua bisa saja lulusan SMK tersebut kompetensinya kurang diterima di industri lapangan kerja. Alhasil lulusan SMK yang seharusnya bisa langsung bekerja akhirnya malah menjadi penyumbang terbanyak pengangguran terbuka di Jawa Timur.

“Banyak juga siswa SMK yang salah dalam memilih jurusan, sehingga ketika bekerja mereka melamar ke perusahaan yang sesuai dengan minatnya bukan ijazahnya. Jadi banyak faktor,” pungkas Himawan.

Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja di Jawa Timur juga turun di tahun 2018 ini. Angka partisipasi kerjanya menjadi 69,37 persen. Ini aneh, kata Himawan, karena seharusnya ketika angka pengangguran turun maka angka partisipasi kerjanya naik.

Himawan menduga hal ini terjadi karena warga Jatim mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Ia mencontohkan pekerjaan reseller yang tidak membutuhkan kantor tetapi tetap memberikan penghasilan tinggi.

“Hal ini tidak bisa dipantau Dinas Tenaga Kerja karena biasanya mereka bekerja tanpa menggunakan kantor. Hal ini cukup menyulitkan kami untuk melakukan pendataan berapa banyak jumlah mereka,” kata Himawan.