Jumat, 07 November 2025 00:00 UTC
Anggota presidium Cabang Majelis Alumni IPNU Banyuwangi menyatakan penolakan terhadap usulan Presiden ke-2 RISoeharto sebagai Pahlawan Nasional. Foto: Hermawan.
JATIMNET.COM.COM, Banyuwangi - Pengusulan mantan presiden kedua Republik Indonesia Soeharto menjadi pahlawan nasional mendapat penolakan dari berbagai kalangan.
Tak terkecuali dari generasi muda Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Presidium Cabang Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Banyuwangi.
“Bagi kami, rekam jejak Soeharto tak sepatutnya diganjar sebagai pahlawan nasional. Terlalu banyak catatan kekerasan yang dilakukannya beserta para kroninya selama berkuasa 32 tahun,” terang Ketua Alumni IPNU Banyuwangi Lukman Hadi Abdillah, Kamis malam, 6 November 2025.
Pernyataan itu disampaikannya saat Haul Muassis dan Pejuang IPNU Banyuwangi di Desa Pengantigan, Kecamatan Rogojampi.
Dalam kesempatan itu, Lukman juga mengungkap beragam kisah tragis selama Orde Baru. Menurutnya, sejak awal kepemimpinan Soeharto banyak tindak kekerasan terhadap rakyat. Bahkan, tak sedikit berujung pada kematian.
“Pada masa itu, IPNU tidak luput dari dampak kebijakan represif Soeharto. IPNU yang dianggap sebagai bagian dari kekuatan politik NU. Kemudian, PPP yang merupakan lawan politik rezim kala itu, juga mengalami tekanan,” ujar pengasuh Majelis Taklim Ababil Genteng tersebut.
Lukman lantas mengutip sejumlah cerita para senior IPNU Banyuwangi yang pernah mengalami represi Orde Baru. Cerita itu juga dimuat dalam buku “Pelajar Bergerak: Fragmen Sejarah IPNU Banyuwangi” karya Ayung Notonegoro.
Dalam buku tersebut diceritakan bagaimana IPNU harus berurusan dengan tentara saat ingin menggelar acara.
Seperti yang dialami Lukman, kader lain IPNU Cabang Kabat juga memiliki cerita masa lalu yang sama pada tahun 1982.
Saat sedang melaksanakan Konferensi PAC IPNU Kabat, tiba-tiba disusul mobil jeep yang dikendarai tentara. Ia lantas digelandang ke Koramil dan ditahan selama dua hari tanpa alasan jelas.
“Belum lagi, kader-kader IPNU yang harus “dibonsai” kariernya saat menjadi ASN. Seperti yang dialami Haji Misbah, alumni IPNU angkatan 60-an. Hanya karena orang NU, secemerlang apapun prestasinya, kariernya sebagai guru tak pernah beranjak. Bahkan, disalip murid-muridnya,” imbuh Lukman.
Cerita-cerita tersebut, jelas Lukman, hanya sebagian kecil dari berbagai tindak kekerasan selama Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Ada banyak lagi tragedi kemanusiaan yang berujung pada berbagai pembunuhan, baik di Banyuwangi atau di luar Banyuwangi.
“Sungguh kita akan amat berdosa jika membiarkan begitu saja, manusia dengan jejak sekelam itu ditasbihkan sebagai pahlawan nasional,” tegasnya.
