Logo

Agar Kalimas Surabaya Seperti Chao Phraya

Reporter:

Kamis, 31 October 2019 05:00 UTC

Agar Kalimas Surabaya Seperti Chao Phraya

Salah satu dermaga di anak Sungai Padhung Krung Kasem, anak dari Chao Phraya. Foto: Opik Muhammad

JATIMNET.COM - Kemiripan Surabaya dan Bangkok, Thailand, itu sama-sama memiliki sungai. Surabaya punya Kalimas, sementara Bangkok memiliki Chao Phraya atau disebut juga The River King. Dua sungai ini sama-sama menawan. Akan tetapi antara Kalimas dengan Chao Phraya belum lah bisa disejajarkan. 

Kalimas ialah anak dari Sungai Brantas. Panjangnya hanya 12 kilometer melewati tiga kota: Mojokerto-Sidoarjo-Surabaya. Sementara Chao Phraya panjangnya 372 kilometer, hampir setara dengan Brantas yang panjangnya 320 kilometer. Dari segi ukuran jelas tidak bisa dibandingkan. Kalimas hanya anak sungai, Chao Phraya induk sungai. 

Meskipun ukuran berbeda tetapi jejak historisnya bisa dibilang mirip. Dua sungai ini pernah sama-sama menjadi salah satu penopang perekonomian penting kota sebab menjadi jalur transportasi warga. Kalimas misalnya. Bukti sahih dari abad ke-19 berupa foto-foto aktivitas transportasi di sungai itu masih tersimpan di Museum Leiden, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) Belanda. 

Aktivitas warga dan wisatawan di Sungai Chao Phraya. Foto: Opik Muhammad

Adapun jejak penggunaan transportasi di Kalimas bisa dilihat sampai sekarang dengan keberadaan perahu getek yang difungsikan oleh warga sebagai angkutan penyeberangan--memotong jalur transportasi. Sejarah Kalimas ini sebenarnya mirip dengan riwayat Sungai Chao Phraya yang juga menjadi jalur sarana transportasi vital sejak Kota Bangkok didirikan pada 1782 silam. 

Minister Counsellor Economic Affair KBRI untuk Thailand Lingga Setiawan, menjelaskan kalau sejarah pemanfaatan transportasi air di Chao Phraya ini prosesnya berjalan alamiah dari generasi ke generasi. Artinya bukan dibangun karena alasan semata-mata untuk mengatasi kemacetan di jalan darat atau karena alasan pragmatis lainnya. 

Sementara untuk pengembangannya dilakukan sejak ibu kota pindah ke Bangkok. "Kapitalisme mendekat transportasi air terus dibangun. Bagaimana membersihkan air, membersihkan sampah sungai, menata sungai, dan mengelolanya. Berbeda sama kita (Indonesia) yang senang sekali membangun tapi keteteran mengurusnya," kata Lingga kepada perwakilan utusan Pemerintah Kota Surabaya dalam study visit ke Bangkok pada 29 Oktober 2019.

Ia menjelaskan, sampai sekarang Pemerintah Bangkok terus merawat, mengelola dan mengembangkan warisan transportasi sungai itu dengan serius sehingga benar-benar bisa menopang kehidupan warga. Sungai tersebut bahkan kini menjadi salah satu urat nadi untuk menopang ekosistem perekonomian negeri Gajah Putih tersebut, terutama dari sektor kunjungan wisatawan.

"Surabaya sekarang sudah bagus. Ibu Risma Wali Kota Surabaya saya rasa sudah membuktikannya di segala bidang. Penjajakan (dengan Bangkok) bisa dilakukan. Kami (KBRI) mau menjembatani, memfasilitasinya," kata Lingga menegaskan.

Chao Phraya Jadi Referensi Surabaya

Pengelolaan wisata dan transportasi, terutama transportasi sungai di Bangkok akan dijadikan sebagai referensi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengembangkan dan menata sungai. Oleh sebab itu sejumlah orang utusan dari pemkot berangkat ke Bangkok untuk belajar bagaimana mengelola wisatawan dan transportasi airnya.

Direktur Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bangkok Sing Limphirat menerima cinderamata dari Kadiskominfo Kota Surabaya Muhammad Fikser. Foto: Opik Muhammad

Seperti disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Muhammad Fikser usai bertemu dengan Pemerintah Kota Bangkok, Senin 28 Oktober 2019. "Kami ke Bangkok untuk belajar beberapa hal yang akan dijadikan referensi membangun kota. Utamanya yang kita pelajari di bidang pariwisata dan transportasi. Kita tahu salah satu kekuatan Bangkok ini transportasi air," ujarnya.

Fikser menjelaskan alasan memilih belajar ke Thailand sebab Negeri Gajah Putih itu sekarang menjadi salah satu destinasi wisata terbaik di Asia. Bahkan sektor pariwisata tersebut menjadi penyumbang pemasukan tertinggi bagi negara. Salah satu keberhasilan Thailand ialah mereka benar-benar bisa memanfaatkan potensi wisata Sungai Chao Phraya yang menghubungkan beberapa provinsi di sana.

"Sungai tersebut menjadi destinasi wisata favorit. Kita pengen tahu bagaimana caranya mengelola transportasi air itu. Kita kan di Surabaya punya Kalimas yang bisa dikembangkan jadi sarana transportasi menggunakan kapal dari daerah Perak sampai ke tengah kota (Surabaya). Itu juga bisa dikembangkan ke pariwisata," kata Fikser.

Direktur Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bangkok Sing Limphirat, mengatakan banyak yang bisa dipelajari dan diadopsi dari Thailand untuk Surabaya. Terutama bagaimana mengelola transportasi sungai. Sungai Chao Phraya, ia melanjutkan, selama ini memang menjadi andalan destinasi wisata di Kota Bangkok. 

"Selain wisata Sungai Chao Phraya memang dijadikan untuk transportasi publik. Bahkan material pembangunan diangkut lewat sungai tersebut agar jalan tidak cepat rusak," kata Sing Limphirat saat bertemu dengan perwakilan Pemkot Surabaya.

Jatimnet sempat diajak menyusuri sungai Chao Phraya. Kondisi sungai di Bangkok memang bersih dan benar-benar menjadi jalur transportasi air bagi warga. Sungai juga memiliki banyak dermaga kecil tempat perahu wisatawan bersandar. Dermaga itu terkoneksi dengan moda sarana transportasi darat, misalnya shelter bus, pusat perbelanjaan dan oleh-oleh dan MRT.

Berikutnya melongok dan mencoba perahu elektrik menyusuri Sungai Padhung Krung Kasem. Sungai ini merupakan anak Sungai Chao Phraya. Wisatawan cukup menyodorkan uang 20 bath atau setara Rp 10 ribu rupiah untuk sekali perjalanan. Sungai sepanjang 5 kilometer ini didesain sebagai tempat destinasi wisatawan dan salah satu jalur khusus bagi pejabat pemerintahan.