Logo

Melemahnya Rupiah Tak Sepenuhnya Faktor Eksternal

Reporter:

Sabtu, 27 October 2018 05:57 UTC

Melemahnya Rupiah Tak Sepenuhnya Faktor Eksternal

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan masalah eksternal dan defisit neraca perdagangan dalam negeri. FOTO Asia Times.

JATIMNET.COM, Manado – Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tony Prasetyantono menilai, melemahnya rupiah terhadap dolar AS dalam tiga hingga empat bulan ini disebabkan kombinasi faktor global dan masalah domestik.

"Pelemahan rupiah disebabkan menguatnya dolar Amerika Serikat, dan memang harus diakui ada beberapa kuda-kuda ekonomi kita yang lemah," katanya dalam Rembuk Nasional di Manado, Sulawesi Utara, Antara, Sabtu 27 Oktober 2018.

Menurut Tony, penguatan perekonomian AS memberi dampak pada mata uang hampir di seluruh dunia. Nilai tukar di banyak negara, termasuk Indonesia mengalami pelemahan seiring semakin menguatnya dolar AS.

Nilai tukar rupiah sendiri mengalami depresiasi hingga 12 persen, yang juga dipengaruhi oleh krisis di sejumlah negara seperti Turki dan Argentina. Faktor-faktor eksternal tersebut memang memengaruhi aliran modal asing yang kemudian berdampak terhadap rupiah.

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pelemahan rupiah juga tak lepas dari masalah ekonomi dalam negeri, terutama soal defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

"Kita tidak boleh bohong, bahwa di dalam negeri kita punya masalah. Masalah itu namanya current account deficit. Jadi kita itu harus akui kalau kita memiilki kuda-kuda yang lemah dari sisi current account," ujarnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2018 tercatat 8 miliar dolar AS atau 3,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,21 persen dari PDB.

Kendati pada triwulan kedua defisit transaksi berjalan sudah mencapai batas maksimal yang dianggap aman yaitu 3 persen, namun jika dihitung per semester I-2018, defisit transaksi berjalan baru mencapai 2,6 persen dari PDB.

"CAD kan sempat mencapai batas psikologis 3 persen dari PDB. Ketika mencapai ambang itu lah confidence terhadap rupiah melemah," ujar Tony.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah pada Jumat 26 OKtober 2018, lalu mencapai Rp15.207 per dolar AS, meningkat dibandingkan hari sebelumnya Rp15.210 per dolar AS.