Senin, 26 October 2020 07:00 UTC
ILUSTRASI BENCANA LONGSOR: Sedikitnya, terdapat 22 kabupaten/kota yang berstatus rawan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor di Jawa Timur. Ilustrator: Gilang
JATIMNET.COM, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mewaspadai puncak musim hujan yang diprediksi mulai turun November 2020 hingga Maret 2021. Sedikitnya, terdapat 22 kabupaten/kota yang berstatus rawan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
"Sedikitnya, terdapat 22 kabupaten/kota yang berstatus rawan bencana hidrometeorologi," ujar Khofifah tertulis, Senin 26 Oktober 2020.
Dari 22 daerah itu, daerah rawan banjir umumnya didominasi oleh luapan dua sungai, yakni Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
BACA JUGA: Waspada Peningkatan Curah Hujan disejumlah Daerah di Jatim
Untuk Sungai Bengawan Solo luapannya bisa membanjiri wilayah Bojonegoro, Magetan, Madiun, Lamongan, Gresik, Ngawi, dan Tuban. Sedangkan Sungai Berantas membanjiri daerah di Malang Raya, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Probolinggo, Surabaya, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, dan Jember.
Sementara untuk wilayah Timur, Khofifah menyebut, daerah yang berpotensi banjir yaitu di sepanjang aliran Sungai Welang. Banjir mengancam Pasuruan akibat luapan sungai tersebut. "Demikian juga di Madura, beberapa daerah biasa terdampak luapan Sungai Kemuning," tegasnya.
Kemudian untuk bencana hidrometeorologi yang lain seperti longsor, Khofifah menyebut, daerah yang harus diwaspadai adalah Jombang, Ponorogo, Kediri, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Batu, dan Pacitan. "Daerah tersebut terdapat pegunungan dan bukit yang berpotensi longsor saat musim hujan," tegasnya.
 
