Logo

Terisolasi, Warga Desa Ponorogo Ini Swadaya Bangun Jembatan Senilai Rp 120 Juta

Reporter:,Editor:

Rabu, 23 March 2022 00:20 UTC

Terisolasi, Warga Desa Ponorogo Ini Swadaya Bangun Jembatan Senilai Rp 120 Juta

Salah seorang warga saat melintasi jembatan yang merupakan dua desa di Ponorogo yakni Desa Gedangan dan Sendang, Kecamatan Ngrayun, Rabu 23 Maret 2022. Foto: Gayuh

JATIMNET.COM, Ponorogo – Dua desa di Ponorogo yakni Desa Gedangan dan Sendang, Kecamatan Ngrayun, nekat membangun sebuah jembatan dengan panjang 50 meter dan tinggi 5 meter dengan biaya swadaya dari masyarakat sekitar serta sumbangan dari para donatur.

Namun sayangnya, pembangunan jembatan yang dinamai Dung Mojo tersebut untuk sementara terhenti karena dana yang dibutuhkan untuk membangun jembatan hanya cukup untuk membangun tiang penyangga sejumlah tujuh buah. Sedangkan untuk melewatinya, warga membuat pijakan dari bambu yang ditata sejajar agar bisa dilewati. 

Salah satu warga Sendang, Katijem usia 50 tahun, menuturkan jika ia selama ini sering melewati jembatan tersebut untuk pergi ke pasar guna menjual hasil kebun ke pasar. Bahkan tidak hanya dirinya, banyak warga lain yang menggunakan jembatan tersebut untuk memudahkan akomodasi menuju desa lainnya. 

“Sebelum ada tiang dan jembatan bambu ini dulu harus nyebrang sungai, kalau sungainya banjir ya tidak jadi ke pasar,” tutur Katijem, Rabu 23 Maret 2022.

Baca Juga: Serap Anggaran Rp 3,4 Miliar, Empat Pembangunan Jembatan di Ponorogo Mangkrak

Menurutnya banyak warga yang nekat menyeberangi jembatan yang belum selesai tersebut dikarenakan jika harus melewati jalan lain maka harus memutar belasan kilometer dan dengan lebih dari dua jam perjalanan. “Harapannya jembatan bisa segera selesai, agar warga yang tua-tua seperti saya ini tidak kesulitan lagi,” ungkap Katijem. 

Sementera itu, Kades Gedangan, Paijo, mengatakan jika selama ini pihaknya sudah sering kali mengajukan proposal pengajuan pembuatan jembatan ke dinas terkait, baik Kabupaten maupun Provinsi.

Bahkan beberapa kali tim survey juga telah datang ke lokasi untuk memantau jembatan seperti apa yang cocok untuk jembatan Dung Mojo. “Karena terlalu lama dan warga ingin segera ada solusi, akhirnya kedua desa sepakat untuk swadaya membangun jembatan,” kata Paijo. 

Ia menerangkan, tujuh pondasi jembatan yang saat ini selesai dibangun hanya menelan biaya Rp 120 juta, yang semuanya merupakan hasil swadaya masyarakat Desa Sendang dan Gedangan. Bahkan untuk tenaga kerja membangun jembatan juga dikerjakan secara bergantian dari dua desa. “Kalau tenaga tidak gratis bisa tembus dua ratus juta biayanya,” terang Paijo.

Baca Juga: Jembatan Bambu Senilai Rp 200 Juta di Ponorogo

Senada dengan Paijo, Ketua Panitia Pembangunan Jembatan Dung Mojo, Nurwanto menjelaskan jika pembangunan pondasi jembatan yang dimulai pada Agustus 2021 dan  selesai September 2021 lalu terhenti karena kehabisan dana dan juga kendala cuaca.

Pasalnya ketika musim hujan seperti sekarang ini debit air sungai sangat deras, sehingga pembangunan hanya bisa dilakukan saat musim kemarau saja. “Musim kemarau saja air sungainya masih mengalir, namun kecil, masih bisa dibendung sedikit-sedikit,” ujar Nurwanto. 

Ia pun berencana untuk melanjutkan kembali pembangunan jembatan Dung Mojo pada musim kemarau tahun ini agar warga tidak lagi kesulitan untuk untuk pergi ke desa lain.

Diharapkan nantinya landasan beton selebar 1,5 meter akan terwujud tahun ini sehingga warga tidak perlu memutar jauh untuk pergi ke desa seberang. “Kalau hanya bambu seperti ini kan belum layak, sangat membahayakan,” pungkas Nurwanto.