Logo

SMAN 2 Situbondo Ditutup Sementara, Guru dan Staf Jalani Rapid Test Covid-19

Reporter:,Editor:

Senin, 16 November 2020 07:20 UTC

SMAN 2 Situbondo Ditutup Sementara, Guru dan Staf Jalani <em>Rapid</em> <em>Test</em> Covid-19

RAPID TEST. Petugas medis melakukan rapid test massal terhadap guru dan staf SMAN2 Situbondo, Senin, 16 November 2020. Foto: Hozaini

JATIMNET.COM, Situbondo – Puluhan guru SMA Negeri 2 Situbondo mengikuti rapid test Covid-19 massal setelah ditemukannya salah seorang guru di sekolah tersebut terkonfirmasi positif Covid-19. Aktivitas belajar tatap muka di sekolah sudah dihentikan sementara sejak Jumat, 13 November 2020.

“Kami mengikuti protap (prosedur tetap) pencegahan Covid-19 setelah ada guru di sekolah kami terpapar Covid.  Ada 56 guru, 28 TU, dan 12 orang pesuruh SMAN 2 Situbondo ikut rapid test,” kata Kepala SMAN 2 Situbondo Winarto.

Menurut Winarto, karena sekolah ditutup hingga 14 hari kedepan, maka kegiatan belajar mengajar dilanjutkan secara online atau dalam jaringan (daring).  Semua tenaga pendidik maupun staf juga sudah diminta bekerja dari rumah.

BACA JUGA: Penyebaran Covid-19 di Situbondo Mulai Terkendali

“Sebelumnya, kami sudah melakukan kegiatan belajar tatap muka menggunakan protokol kesehatan,” ujarnya.

Sementara itu, Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo Edi Suprapto mengatakan rapid test massal di SMAN 2 Situbondo sebagai bentuk pencegahan setelah ada guru yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kalau hasil rapid test ditemukan ada yang reaktif, maka akan dilakukan tes swab.

Menurutnya, Satgas Covid-19 masih belum mengetahui riwayat pasien tertular Covid-19 karena Satgas kesulitan melakukan tracing (pelacakan) sebab sudah terjadi transmisi lokal penyebaran Covid-19 di Situbondo. Pasien diketahui terkonfirmasi positif setelah memeriksakan diri ke RS Elizabeth, Situbondo.

BACA JUGA: Pesantren Tangguh, Ponpes Sukorejo di Situbondo Terapkan Protokol Kesehatan

"Kami baru melakukan tracing di sekolah  dan kontak erat yang tinggal serumah dengan pasien. Untuk siswa di sekolah akan didalami karena yang bersangkutan melakukan pembelajaran tatap muka dengan siswa,” ujarnya.

Menurut Edi, saat ini pasien melakukan isolasi mandiri di rumah.  Berdasarkan hasil penilaian Satgas Kecamatan bahwa rumah pasien bisa dipergunakan untuk isolasi mandiri karena tidak ada keluarga lain yang tinggal serumah.

“Pasien hanya tinggal bersama suami. Satgas juga sudah meminta sang suami agar tidak melakukan kontak langsung dengan pasien, selalu jaga jarak dan pakai masker,” katanya.