Logo

Separuh Ibu Hamil di Indonesia Alami Anemia

Reporter:

Sabtu, 03 November 2018 04:27 UTC

Separuh Ibu Hamil di Indonesia Alami Anemia

Ilustrasi

JATIMNET.COM, Jakarta - Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan bahwa hampir separuh atau sebanyak 48,9 persen ibu hamil  di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah.

Dari data yang dirilis di Jakarta, Jumat, 2 November 2018 itu, persentasenya meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 37,1 persen. Data  tahun  2018 menyebutkan jumlah ibu hamil  yang mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar  84,6 persen, usia 25-34 tahun sebesar 33,7 persen, usia 35-44 tahun sebesar 33,6 persen, dan usia 45-54 tahun sebesar 24 persen.

Sementara data perempuan usia subur yang mengalami kekurangan energi kronis justru menunjukkan tren positif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Proporsi risiko kurang energi kronis pada perempuan  usia subur menurun dibanding 2013. Yaitu dari 24,2 persen pada perempuan usia subur yang hamil di 2013 menjadi 17,3 persen di 2018.

Selain itu untuk perempuan usia subur tidak hamil 20,8 persen di 2013 menurun jadi 14,5 persen pada 2018. Prevalensi anemia dan  risiko kurang energi kronis pada perempuan usia subur tersebut  sangat memengaruhi kondisi kesehatan anak pada saat dilahirkan.

Kedua hal tersebut termasuk beberapa hal yang berpotensi membuat terjadinya kekerdilan pada anak dilihat dari berat dan tinggi badan saat lahir. Proporsi berat badan lahir bayi secara ideal ialah  tidak kurang dari 2.500 gram dan tinggi tidak kurang dari 48 centimeter.

Berdasarkan Riskesdas 2018, proporsi bayi yang lahir dengan berat badan di bawah 2.500 gram pada anak umur 0-59 bulan mencapai 6,2 persen. Angka  tersebut  telah  melampaui  target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019 yang ditargetkan turun sampai 8 persen.

Namun perlu diketahui angka 6,2 persen tersebut didapat dari 56,6  persen bayi usia 0-59 bulan yang memiliki buku catatan Kesehatan Ibu Anak (KIA). Data Riskesdas 2018 juga menunjukkan bayi dengan  proporsi berat badan lahir di antara 2.500-3.999 gram sudah mencapai 90,1 persen.

Sementara itu data bayi lahir dengan tinggi badan di bawah ideal,  yakni di bawah 48 centimeter, sedikit meningkat dibandingkan lima tahun lalu. Yaitu 20,2 persen pada 2013, meningkat menjadi 22,7 persen pada 2018. Jika merunut lagi pada masa pertumbuhan anak sejak baru lahir hingga usia lima tahun, angka kekerdilan atau status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2 persen di 2013, menjadi 30,8 persen pada 2018. (Ant)